Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Kamis, 21 Januari 2021 | 14:19 WIB
Angin puting beliung di kawasan Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri (Instagram)
Video puting beliung di kawasan Waduk Gajah Mungkur Wonogiri. (Instagram/repostwonogiri)

Pernyataan serupa disampaikan peneliti Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer (PSTA) Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Dr. Erma Yulihastin.

Erma Yulihastin, dalam keterangannya, Kamis (21/1/2021), mengatakan fenomena waterspout atau tornado air hanya dapat terjadi di atas danau, tambak, sungai, bendungan, seperti di WGM Wonogiri.

Waterspout secara visual dapat dikenali dari bentuknya yang seperti belalai atau corong pipa panjang dan terlihat turun dari suatu awan jenis cumulus congestus atau cumulonimbus.

"Kejadian ini tak hanya langka tapi juga termasuk cuaca ekstrem karena menggambarkan badai super sel pada skala ruang yang mikro (puluhan meter)," kata Erma

Baca Juga: Awan Cumulonimbus Akibatkan Puting Beliung? Ini Penjelasan BMKG

Lebih lanjut, Erma menambahkan fenomena waterspout tidak bertahan lama. Bahkan menurutnya kecil kemungkinan waterspout itu berpindah dari air menuju ke darat.

Dikutip dari situs BMKG, diamater tornado, puting beliung dan water spout sama-sama berkisar pada ratusan meter.

Tornado terjadi di daratan, sementara siklon tropis biasa terjadi di lautan. Siklon tropis yang memasuki daratan akan melemah dan kemudian mati.

Sedangkan puting beliung merupakan sebutan lokal untuk tornado skala kecil. Sementara water spout merupakan tornado di perairan baik danau maupun laut.

Baca Juga: Ngeri! Detik-detik Puting Beliung Hempas Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri

Load More