Scroll untuk membaca artikel
Husna Rahmayunita
Sabtu, 27 Maret 2021 | 12:30 WIB
Ketua Satgas Penanganan COVID-19 sekaligus Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo memberikan keterangan pers di Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran di Jakarta, Minggu (15/11/2020).

Proses penuntasan Citarum diawali dengan pemeriksaan sampel air yang dipimpin oleh Kakesdam III Siliwangi, Kolonel dr. Is Priyadi, yang hasilnya air Citarum mengandung logam berat seperti Timbal, Cadmium, serta bakteri Salmonella, Ecoli, dan Pseudomonas Areogonosa. Sayang, dr. Is Priyadi telah wafat tahun lalu, meninggalkan jasa abadi bagi pemulihan Sungai Citarum.

Saya juga menugaskan 20 orang Kolonel, untuk mendata permasalahan dari hulu hingga hilir Citarum, sekaligus meminta masukan dari masyarakat bagaimana solusinya.
Saya terinspirasi oleh Lao Tse, seorang filsuf Cina yang hidup semasa era Sun Tzu 500 tahun sebelum Masehi. Salah satu kutipan yang saya ingat adalah:


"Temuilah rakyatmu. Hiduplah dan tinggalah bersama mereka. Berkaryalah dengan mereka. Mulailah dari apa yang mereka miliki. Sampai akhirnya mereka akan berkata 'kami telah mengerjakannya’ "
Selaras dengan ciri prajurit Siliwangi yang dekat dengan rakyat. Ada istilah Pastur, atau Tepas Batur. Istilah ini menjadi modal saya untuk menyampaikan kepada prajurit, kalau kita mau benahi Citarum, maka yang pertama dilakukan adalah mendekati masyarakat, untuk mengubah perilaku. Sehingga para prajurit menginap dan tinggal di rumah-rumah penduduk. Kembalikan budaya luhur urang Sunda yang peduli sumber air, sehingga nama sungai diberi awalan Ci, yang berarti air. Termasuk penghargaan terhadap pohon – pohon besar dengan memberi awalan nama Ki. Seperti Ki Hujan, Ki Gelia, Ki Sereh, Ki Mani’I, dan Ki Tambleg (Baobab).

Air sumber kehidupan, sungai adalah peradaban bangsa. Bagaimana kita bisa dianggap sebagai bangsa yang beradab, ketika mata air kita musnahkan dan sungai kita cemari.

Baca Juga: 2.500 Orang Meninggal di Pulau Buru Maluku, Darah Warga Mengandung Merkuri

Saya juga mendapat kunjungan dan dukungan dari mantan menteri lingkungan hidup dan kehutanan, bapak Sarwono Kusumaatmadja dan Ibu Erna Witoelar, dan juga tokoh nasional bapak Koentoro Mangkusuboroto yang pernah ditugaskan untuk pemulihan Citarum oleh ITB.
Saya juga menjumpai Menristek Dikti, Bapak Muhammad Nasir untuk memberikan masukan tentang pentingnya perguruan tinggi di Jabar melakukan KKN di DAS Citarum, sehingga Menristekdikti mencanangkan program KKN tematik di Citarum.

Saya juga berkesempatan bertemu dengan Ibu Megawati, Presiden RI yang ke lima, sebelum Beliau menerima penghargaan Doktor Honoris Causa di STPDN. Saya laporkan tentang pemulihan Citarum. Sungai Citarum yang berasal dari nama pohon Tarum, akan tetapi pohon Tarum sudah tidak ada lagi di sepanjang Sungai Citarum. Sampai akhirnya, Paguyuban Budiasi menemukan pembibitan Pohon Tarum di Banyumas.
Saya menerima masukan dan arahan dari Ibu Megawati tentang pentingnya pendekatan budaya dalam menyelesaikan masalah lingkungan.


Berkat kolaborasi para pihak inilah, kualitas air Citarum terus membaik, bahkan laporan harian Kompas menyebutkan bahwa ikan-ikan lokal yang sempat hilang, mulai muncul di Jatiluhur.
                        
Peserta Sidang Terbuka Senat Akademik yang saya muliakan,
Dalam konteks religius, umat Islam tidak hanya diwajibkan menjaga hubungan dengan Allah SWT hablum minallah dan hubungan sesama manusia hablum minannas, tetapi juga hubungan dengan alam, hablum minal ‘alam.

Satu ketika, saya pernah dikunjungi oleh beberapa ahli hukum untuk silaturrahmi. Pada kesempatan itu sambil bergurau Saya mengatakan, “TNI kerap diidentikkan dengan pelanggaran HAM pada masa lalu, lantas Saya bertanya jika terjadi pelanggaran Hak Azazi pohon, Hak Azazi sungai, siapa yang bertanggung jawab?”

Dalam pemikiran Saya, merawat bangsa tidak hanya mengedepankan prinsip democracy (Kedaulatan Rakyat), tetapi juga harus mengedepankan prinsip Ecocracy (Kedaulatan Lingkungan).
 
Hadirin yang saya Muliakan,Mengakhiri orasi, izinkan saya mengucapkan terima kasih kepada Tim Promotor yang terdiri dari Prof. Anas M. Fauzi, (Dekan Sekolah Paska Sarjana), Prof. Hadi Susilo Arifin, Prof. Widiatmika, Prof. M.H. Bintoro, dan Dr. Suryo Adiwibowo, yang telah mengusulkan pemberian gelar Doktor Kehormatan kepada Rektor IPB University.
Dari lubuk hati yang terdalam, izinkan saya juga menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Rektor IPB University, Prof. Arif Satria, Majelis Wali Amanat, Senat Akademik, Dewan Guru Besar IPB University yang telah menganugerahi saya Doktor Kehormatan dan memfasilitasi saya melaksanakan orasi ilmiah ini.

Baca Juga: Doni Monardo Geram Banyak Turis Langgar Protokol Kesehatan di Bali

Saya akan mempertanggungjawabkan penghargaan dan kepercayaan yang diberikan IPB University kepada saya. Gelar Doktor Kehormatan ini menjadi energi baru bagi saya untuk terus konsisten membantu menyelamatkan lingkungan dan sumber daya alam Indonesia.

Load More