SuaraBogor.id - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa terjadinya cuaca Ekstrem di Indonesia terjadi adanya beberapa faktor.
Penyebab cuaca Ekstrem itu menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, karena adanya dampak perubahan iklim global terhadap La Nina.
Hal tersebut menyebabkan frekuensi cuaca ekstrem di Indonesia terjadi makin sering. Dampak perubahan iklim ini diproyeksikan sampai akhir abad ke-21.
"Kondisi ekstrem saat musim hujan itu akan semakin basah, dan apabila kemarau pun akan semakin kering dan frekuensi kejadian periode ulangnya semakin pendek dan intensitasnya tinggi," kata Dwikorita, dilansir dari Ayobandung.com -jaringan Suara.com, Senin (26/4/2021).
Ia menjelaskan melalui peningkatan curah hujan ekstrem yang terjadi di Jakarta, sejak tahun 1900-1950, baru terjadi dua kali hujan ekstrem dengan intensitas tinggi 145 mm dalam sehari.
Namun sejak tahun 1980 bahkan 1990 kejadian hujan ekstrem itu bisa terjadi hanya 2-5 tahun.
Selain itu dampak perubahan iklim lainnya yakni siklon tropis. Seharusnya, kata dia, siklon tropis dapat luruh, karena adanya gaya coriolis akibat rotasi bumi di lintang 0 sampai 10 derajat.
"Namun faktanya, Siklon Tropis Seroja menembus 10 derajat lintang selatan. Berdasarkan teori tersebut, kemungkinan besar penyebabnya adalah dampak perubahan iklim yang menyebabkan pergeseran," katanya.
Dia menegaskan bahwa ada lonjakan jumlah peringatan dini yang dikeluarkan BMKG sejak tahun 2016. Peringatan dini setiap tiga harian mengalami lonjakan sejak tahun 2016, mencapai 730 kali dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sekitar 100 kali.
Baca Juga: Tak Cuma Lingkungan, Perubahan Iklim Juga Mengancam Kesehatan Mental
Sementara di tahun 2017, peringatan dini setiap tiga harian meningkat hampir tujuh kali dari tahun sebelumnya.
"Karena memang fenomena cuaca ekstrem, membuat semakin melompat terjadinya," ucap Dwikorita.
Tag
Berita Terkait
-
Fosil Iklim Ungkap Fakta Mengejutkan: Pemanasan Global Terburuk Justru Belum Dimulai!
-
Asap Kebakaran Hutan Jadi Masalah Lintas Negara: Solusi Sudah Ada, Tapi Kenapa Diabaikan?
-
Cara Mengatasi Atap Bocor di Musim Hujan, Jangan Buru-Buru Panggil Tukang
-
Musim Hujan 2025/2026 Maju, BMKG Ingatkan Risiko Banjir hingga Demam Berdarah
-
Bali 'Tenggelam' di 120 Titik: BMKG Ungkap Penyebab Hujan Gila dan Peran Sampah Kita
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
Pilihan
-
Emiten Sejahtera Bintang Abadi Textile Pailit, Sahamnya Dimiliki BUMN
-
Jaminan Laga Seru! Ini Link Live Streaming Bayern Munchen vs Chelsea
-
Kendal Tornado FC vs Persela Lamongan, Manajemen Jual 3.000 Tiket
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 3 Jutaan dengan Kamera Terbaik September 2025
-
Wakil Erick Thohir Disebut jadi Kandidat Kuat Menteri BUMN
Terkini
-
Ultimatum Menkeu Purbaya: Bank BUMN Diguyur Rp200 T, Dilarang Cuma Santai-santai Beli Obligasi
-
Dari IPB ke Istana: Kiprah Farida Farichah, Wakil Menteri Koperasi Pilihan Prabowo Subianto
-
Hilang 12 Hari, Pencari Burung Ditemukan Tewas Terjepit Kayu Raksasa di Dasar Curug Seribu
-
5 Fakta Ngeri di Balik Wacana Larangan Total Vape di RI, Nomor 4 Jadi Ancaman Nyata!
-
RI Mau Tiru Singapura? Punya Vape Bisa Didenda Rp25 Juta dan Masuk Rehab Narkoba