Scroll untuk membaca artikel
Galih Prasetyo
Senin, 21 Februari 2022 | 14:35 WIB
Seorang karyawan saat membersihkan sejumlah alat pembuat tahu (Suara.com/Fauzi Noviandi)

SuaraBogor.id - Sejumlah perajin tahu di Kabupaten Cianjur berhenti produksi. Aksi tersebut dilakukan akibat harga kedelai yang terus mengalami kenaikan seharga Rp 11.500 per kilogram.

Aksi mogok tersebut direncanakan selama tiga hari, mulai Senin (21/2/2022) hingga Rabu (23/2/2022).

Ardi Suwardi (45) pengrajin tahu di Kelurahan Pamoyanan, Kecamatan Cianjur, mengatakan dalam satu bulan terakhir harga kedelai terus mengalami kenaikan, yaitu mencapai Rp 11.500 per kilogram.

"Harganya kedelai impor meningkat terus, kini sudah mencapai angka tertinggi Rp 11.500 per kilogram dari sebelumnya hanya berkisar Rp 10 ribu per kilogram," katanya pada wartawan, Senin (21/2/2022).

Baca Juga: Harga Kedelai Impor Selalu Jadi Masalah Menahun, Pemerintah Diminta Intervensi Tingkatkan Produksi dan Kualitas Kedelai

Aksi mogok tersebut, kata dia, akan digelar selama tiga hari kedepan itu sebagai bentuk protes terus naiknya harga kacang kedelai impor dalam satu bulan terakhir.

"Tingginya harga kedelai impor membuat para perajin tahu tempe tidak mampu menutupi biaya produksi yang terus meningkat," katanya.

Dirinya mengungkapkan, meskipun harga bahan pokok pembuatan tahu mengalami kenaikan, namun permintaan dan pasokan bahan kedelan sejauh ini masih normal.

"Sejauh ini permintaan masih normal, bahkan pasokan kedelai dari sejumlah distributor pun banyak dan tidak sulit, namun harganya kenapa terus mengalami peningkatan," ucapnya.

Ardi berharap, aksi mogok tersebut dapat ditanggapi pemerintah, sehingga dapat menangani dan melakukan upaya agar harga kedelai bisa kembali ke harga normal.

Baca Juga: Terpaksa Beroperasi, Begini Siasat Perajin Tahu di Purwokerto Hadapi Harga Kedelai Tinggi

"Jika, harganya tidak kembali normal kemungkinan harga tahu yang akan naik," katanya.

Sementara itu, Maman (40) pedagang gorengan mengaku usahanya sangat terdampak dengan tidak adanya tahu dan tempe, setelah sebelumnya minyak goreng langka di pasaran.

"Kita mau jualan apa lagi, jika tahu dan tempe hilang dari pasaran, ditambah belum lama ini minyak goreng juga sulit didapatkan," katanya.

Kontributor : Fauzi Noviandi

Load More