Scroll untuk membaca artikel
Andi Ahmad S
Rabu, 13 Juli 2022 | 13:35 WIB
Wali Kota Depok Mohammad Idris (ANTARA/Istimewa)

SuaraBogor.id - Wali Kota Depok Mohammad Idris turut memberikan komentar terkait kekinian fenomena sejumlah ABG dari Depok, Citayam, Bojonggede dan Bogor sering nongkrong di kawasan Sudirman, Jakarta.

Nampaknya, hal tersebut menginginkan agar usulan politisi PKS tersebut bisa terealisasi yakni Depok, Bekasi dan Bogor masuk ke Jakarta Raya dan keluar dari Jawa Barat.

“Satu ide saya, kalau mau sukses pembangunan Jakarta dan sekitarnya, satukan Jakarta Raya,” kata Idris mengutip dari DepokToday.hops.id -jaringan Suara.com, Rabu (13/7/2022).

Menurut Idris, dengan bersatunya Depok ke Jakarta maka semua persoalan yang dihadapi akan selesai.

Baca Juga: Tok! Bupati Ade Yasin Didakwa Suap Tim Auditor BPK Jabar Rp1,9 Miliar

“Masalah banjir semua, masalah lain bisa selesai semua kalau satu Gubernur Jakarta Raya, Depok masuk Jakarta Raya,” jelasnya.

Sebelumnya, pengamat sosial Universitas Indonesia (UI), Devie Rahmawati juga ikut mengomentari keberadaan sejumlah remaja asal Citayam dan Bojonggede yang akhir-akhir ini berseliweran di wilayah elit Sudirman, Jakarta.

Menurut Devie, selama apa yang mereka lakukan tidak mengandung unsur-unsur berbahaya maupun kesehatan, tentu saja ini menjadi hal yang tidak perlu dikhawatirkan.

Namun ketika dari berbagai wawancara misalnya ditemukan ada perilaku-perilaku yang unik, dan diekspresikan lewat media sosial maka yang dapat dilakukan adalah ada ikut mengawasi.

“Rajin-rajin menengok konten-konten yang diproduksi oleh anak dan remaja, sehingga kita bisa mengantisipasi perilaku-perilaku yang kita lihat bisa berujung pada perilaku yang membahayakan diri mereka atau bahkan teman-teman mereka, seperti perilaku berhubungan lebih dekat dengan sesama remaja tersebut,” jelasnya dikutip pada Selasa, 5 Juli 2022.

Baca Juga: Demi Raih WTP, Bupati Bogor Nonaktif Ade Yasin Didakwa Beri Suap Rp 1,9 Miliar

“Nah hal tersebut bisa diantisipasi lebih awal dengan melihat berbagai percakapan yang mereka lakukan. Antisipasinya seperti apa? Bukan kemudian kita mengekang mereka, kita harus mengajak mereka berdialog gitu ya, artinya dialog itu menjadi penting karena untuk memberikan pemahaman kepada mereka,” sambungnya.

Karena menurut Devie, di masa-masa remaja biasanya masa-masa yang memang mengidamkan kebebasan dan menghindari adanya tekanan dari figur-figur otoritatif.

“Mereka lebih senang kalau kemudian berbagai masukan nasehat dan sebagainya, di berikan dalam bentuk dialog yang menunjukkan bahwa kita memiliki kesetaraan dengan mereka, atau artinya mereka memiliki kesetaraan tidak dalam posisi sub kordinat, berada di bawah. Karena ketika kita bertindak seperti menggurui, maka mereka cenderung akan menghindar,” katanya.

“Inilah yang kemudian akan justru menjauhkan diri kita dari mereka sehingga kita tidak bisa lagi mengawal mendampingi agar apapun yang mereka lakukan tidak kemudian berujung menjadi hal-hal yang tidak positif dan tidak produktif,” timpalnya lagi.

Load More