SuaraBogor.id - Kepala Seksi Pusat Data dan Informasi Stasiun Klimatologi BMKG Hadi Saputra menyampaikan bahwa cuaca ekstrem di wilayah Bogor masih akan terjadi hingga Maret 2023, namun puncaknya diprediksi pada Februari mendatang.
"Untuk wilayah Bogor puncak cuaca ekstrim ada pada bulan-bulan Oktober-November, nanti kembali lagi di sekitar bulan Februari. Siklusnya seperti itu setiap tahunnya," kata Hadi.
Ia menyebutkan puncak cuaca ekstrem yang pernah terjadi pada pertengahan Oktober 2022 di Bogor mengakibatkan beberapa titik-titik bencana berdampak cukup berat dalam waktu berurutan selama sepekan.
Pada 11 Oktober 2022, bencana akibat angin kencang saat hujan deras mengakibatkan terperosoknya mahasiswi IPB Adzra Nabila (20) ke sebuah saluran air di belokan Jalan Dadali hingga hanyut sepanjang puluhan kilometer. Korban ditemukan tewas di aliran Sungai Ciliwung di wilayah Jakarta Barat pada lima hari kemudian.
Menyusul peristiwa longsor yang mengakibatkan delapan orang korban di Gang Barjo RT02/RW03 Kampung Kebon Jahe, Kelurahan Kebonkelapa, Kecamatan Bogor Tengah, pada 12 Oktober 2022, empat orang di antaranya meninggal dunia.
Selanjutnya dua orang hanyut di Kecamatan Bogor Utara dan rumah yang tersapu banjir terjadi dalam satu pekan yang sama dan beberapa titik bencana juga terjadi di Kabupaten Bogor.
Hadi menuturkan momentum cuaca ekstrem seperti itu memang tidak diharapkan terjadi kembali pada puncaknya awal tahun 2023.
Namun demikian, kewaspadaan dan kesiapan antisipasi dampak cuaca ekstrem perlu dilakukan Pemerintah Kota Bogor dan Pemkab Bogor maupun semua elemen masyarakat untuk menghindari korban jiwa dan kerugian materi yang besar.
Menurut prakiraan BMKG, pada Kamis (5/1), wilayah Kota dan Kabupaten Bogor diprediksi hujan seharian dengan intensitas ringan, sedang hingga deras dibarengi kilat dan petir.
Baca Juga: BMKG Tunggul Wulung Cilacap Perkirakan Potensi Cuaca Ekstrem di Banyumas Raya Besok
"Cuaca ekstrem masih berpotensi sampai bulan Maret 2023. Untuk cuaca seperti saat peristiwa mahasiswi IPB, kondisi alam perlu momentum yang pas, baik dari sisi dinamika atmosfer maupun sisi curah hujannya. Sebelum masuk ke waktu puncak cuaca ekstrem, baiknya semua dalam kewaspadaan," kata Hadi. [Antara]
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Kolaborasi Bapak-Anak Berujung Rompi Oranye: Bupati Bekasi Diduga Kantongi Ijon Proyek Rp9,5 Miliar
-
3.300 Personel 'Kepung' Bogor Amankan Nataru 2025, Puncak hingga Pakansari Dijaga Ketat
-
5 Spot Hidden Gem Wisata Alam dan Kuliner di Cigombong Bogor buat Libur Akhir Tahun 2025
-
BP BUMN Bersama Danantara Mobilisasi 1.000 Relawan Kemanusiaan Merangkul Warga di Wilayah Bencana
-
Bencana Sumatera, BRI akan Terus Berkontribusi Bantu Masyarakat Bangkit Kembali