Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Kamis, 21 Januari 2021 | 10:40 WIB
Sajian lauk pauk di Warteg Bahari Tebet. (Suara.com/Dian Kusumo Hapsari)

SuaraBogor.id - Sebanyak 20 ribu warteg di Jabodetabek bangkrut karena banyak buruh di-PHK karena COVID-19. Daya beli para buruh lemah hingga tak bisa makan di warteg. 

Data itu berdasarkan temuan Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara). Mereka  memperkirakan ada sekitar 20.000 usaha warteg di Jabodetabek yang bakal menutup operasional bisnisnya pada 2021.

Ini dikarenakan mereka kesulitan membawar sewa tempat gegara pandemi Covid-19 yang belum juga mereda.

"Di awal tahun ini, kurang lebih ada 20.000 warteg yang akan tutup. Ini karena ketidakmampuan pengusaha warteg memperpanjang sewa tempat usahanya. Ini merupakan bagian dari kesulitan permodalan salah satunya," uajr Ketua Kowantara Mukroni, seperti dikutip dari bantennews.co.id jaringan - Suara.com Rabu (20/1/2021).

Baca Juga: Best 5 Oto: Simak Mobil Kenegaraan Presiden Joe Biden, Awkarin Naik Vespa

Mukroni menjelaskan, gagal bayar itu tak lepas dari terus menurunnya pendapatan usaha sejak awal pandemi COVID-19 melanda Indonesia, yaitu Maret 2020. Lantaran pandemi ini turut membatasi aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat, termasuk kelompok pekerja sebagai pelanggan setia warteg yang hilang begitu saja.

Pedagang melayani pembeli di Warteg Subsidi Bahari kawasan Jalan Fatmawati, Jakarta, Sabtu (28/3). [ANTARA FOTO/Reno Esnir]

"Pendapatan para pelaku usaha juga sudah turun terus dari Maret 2020. Untuk turunnya (pendapatan) karena aktivitas masyarakat semuanya terbatas (PSBB) juga. Turunnya omzet bisa mencapai 70 persen, biasa omzet sehari Rp2 - 3 juta sebelum pandemi, kini hanya Rp250.000 - Rp300.000 per hari. Drastis banget turunnya," jelasnya secara detail.

Faktor lain yang membuat omzet warteg menurun adalah terjadinya gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Sehingga tingkat daya beli masyarakat termasuk pelanggan juga mengalami penurunan yang signifikan.

"Dari COVID-19 ini, daya beli masyarakat juga sangat menurun, termasuk pelanggan kami juga, yang kebanyakan pekerja. Karena PHK, jadi hilang konsumen," urainya.

Tambahan lagi, beberapa waktu terakhir sejumlah komoditas pangan utama mengalami kenaikan harga secara drastis. Sehingga membuat beban yang dipikul pelaku usaha warteg menjadi kian bertambah berat.

Baca Juga: Pandemi Covid-19, Pemberian ASI Eksklusif Anak Indonesia Justru Meningkat

Oleh karena itu, Mukroni meminta pemerintah pusat maupun daerah di wilayah Jabodetabek mau membantu dengan memberikan stimulus berupa keringanan biaya sewa tempat. Sehingga kelangsungan bisnis warteg bisa tetap bertahan.

Menurut Mukroni, saat ini tercatat ada sekira 50.000 pelaku usaha warteg di Jabodetabek. Dia berharap selain keringanan biaya sewa tempat, akses perbankan untuk bantuan modal agar dibuka kembali bagi pelaku usaha warteg.

"Pemerintah harus memberikan upaya serius, mungkin ke pelaku UMKM (pengusaha warteg). Kami siap jika ada pertemuan dengan pemerintah pusat maupun daerah terkait hal ini," harapnya.

Load More