Scroll untuk membaca artikel
Andi Ahmad S
Senin, 09 Juni 2025 | 19:24 WIB
Ketua Umum Himpunan Alumni Fateta IPB (HAF), Luhur Budijarso [Ist]

SuaraBogor.id - Visi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto menjadi sorotan dari Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB University (Fateta IPB).

Ketua Umum Himpunan Alumni Fateta IPB (HAF), Luhur Budijarso mengatakan, bahwa Fateta akan menjawab tantangan pembangunan sektor pertanian.

Tentunya, saat ini Fateta IPB memiliki peran strategis untuk mendukung visi dari Presiden Prabowo yang memiliki kediaman di Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat itu.

Tak hanya itu saja, dia juga menegaskan bahwa Fateta dan para alumninya berada di garis depan dalam mendorong sinergi antara riset, inovasi teknologi, dan kebutuhan nyata di lapangan.

Baca Juga: Resmi Dibuka! Pemkab Bogor Lelang Jabatan untuk Tiga Posisi Top, Ini Daftarnya

“Saat ini kita menghadapi tantangan yang luar biasa besar dan pemerintah, Pak Prabowo melalui Asta Cita menekankan betapa pertanian ini menjadi garda terdepan,” ujar Luhur di sela Diskusi Akademik di IPB Convention Centre, kepada wartawan Senin 9 Juni 2025.

“Pertanian akan menjadi garda terdepan sebagaimana arahan Pak Prabowo. Tantangan yang kita hadapi luar biasa besar, dan tidak bisa dijawab oleh satu pihak saja. Dibutuhkan kolaborasi seluruh elemen: pemerintah, akademisi, alumni, industri untuk menciptakan solusi yang konkret dan berkelanjutan,” tegas Luhur.

Sementara itu, Presiden International Union of Food Science and Technology, Prof. Aman Wirakartakusumah, juga menekankan peran krusial Fateta dalam pembangunan pertanian nasional yang berdaulat, berkelanjutan, dan berkeadilan.

Menurutnya, Fateta sejak awal dirancang sebagai hibrida keilmuan antara teknik, ilmu alam, manajemen, dan teknologi—yang seluruhnya menjadi tulang punggung sistem pertanian modern dari hulu ke hilir.

Alumni IPB, menurut Prof Aman sudah mendunia, salah satunya Prof. Dr. Ir. Florentinus Gregorius Winarno yang sempat menjadi President Codex Alimentarius Commission (CAC) sebuah badan yang menetapkan standar mutu pangan di bawah FAO dan berkedudukan di Roma, Italia, selama dua periode di tahun 1991-1995. Nama besar Fateta ini cenderung dikerdilkan jika bertransformasi menjadi sekolah teknik.

Baca Juga: Disdik Bogor Segera Selidiki Dugaan Perselingkuhan Oknum ASN: Besok Pagi Kita Panggil

“Tanpa teknologi, kita kehilangan jiwa pembangunan pangan. Dari pengelolaan lahan, air, pupuk, hingga pascapanen dan industri pengolahan, semuanya membutuhkan pendekatan berbasis sains dan teknologi,” jelas Prof. Aman, yang juga Guru Besar IPB.

Ia menambahkan, Fateta IPB memiliki peran strategis dalam mendukung sistem pangan nasional, termasuk aspek kesehatan manusia, energi terbarukan, dan ketahanan lingkungan.

“IPB mencakup seluruh mata rantai pertanian, dan Fateta adalah kunci penghela inovasinya,” tegasnya.

Lebih lanjut, Prof. Aman mendorong kolaborasi antara teknologi pertanian dan teknologi pertahanan sebagaimana termuat dalam Asta Cita Prabowo.

“Pembangunan ke depan harus dipandu oleh teknologi. Ini bukan hanya tentang pangan, tapi tentang masa depan bangsa,” pungkasnya.

Berdasarkan informasi yang diterima, sikap Rektor IPB Arif Satria terkait perubahan Fateta menjadi sekolah teknik setelah menerima usulan dari Dekan Fateta Prof Slamet Budijanto. Pada posisi ini, para Alumni bergembira sebab pada dasarnya stakeholders Fateta bisa memberi masukan, tak serta merta hanya keputusan Dekan.

Load More