Scroll untuk membaca artikel
Andi Ahmad S
Kamis, 15 April 2021 | 15:44 WIB
Ustaz Yahya Waloni (Youtube)

SuaraBogor.id - Pendakwah Ustaz Yahya Waloni mengatakan, bahwa mayoritas masyarakat Indonesia dinilai mudah percaya.

Pernyataan dia pun dilontarkan dalam video berjudul 'Kafir di Dunia Bisa Senang-Senang, Padahal Calon Neraka | Yahya Waloni Terbaru | Termometer Islam' yang diunggah pada Rabu, 14 April 2021.

Dalam video tersebut, Yahya Waloni mencontohkan kepada dirinya sendiri yang baru mualaf kemudian langsung disebut ustaz.

Awalnya, Yahya Waloni menceritakan soal perubahannya dari orang 'kafir' menjadi orang Islam.

Baca Juga: Wahya Waloni Buktikan Warga +62 Mudah Percaya: Saya dari Kafir Dicap Ustadz

Katanya, wajah, watak, hingga posturnya tetap sama baik sebelum maupun sesudah masuk Islam.

Namun, jiwanya berubah sehingga lebih mudah mengerti hadis dan juga melafalkan ayat-ayat Alquran.

"Saya dari kafir masuk Islam. Wajah saya, watak saya, postur tubuh saya begini, nggak pernah berubah. Yang mana yang berubah? Di dalam jiwa saya," ujar Yahya Waloni disitat dari Terkini.id -jaringan Suara.com, Kamis (15/4/2021).

"Yang dulunya tidak mengerti hadis, yang dulunya sulit ayat-ayat Qur'an," lanjutnya.

Yahya Waloni lantas membandingkan orang muslim sejak lahir dengan mualaf sepertinya.

Baca Juga: Komplain Diberi Kursi Gereja saat Ceramah, Yahya Waloni: Ganti Kursi Islam

"Yang baca Alquran tadi, orang yang sudah biasa karena dia muslim, dia dari nenek moyang. Waktu setan mendengar di bawah pohon pisang sana, setan bilang begini 'ya kalau ini, nggak bahaya, biasa, sudah sering saya dengar.' Ah, begitu ini mik diserahkan kepada saya, lari itu setan di bawah pohon pisang itu," kata Yahya Waloni yang disambut tawa para jemaah.

"Ini, kata setan, ini yang paling saya takut. Kenapa? Karena ini bekas kawan saya dulu," lanjutnya disambut tawa keras dan tepuk tangan.

Yahya Waloni pun melanjutkan bahwa perubahan iman seseorang itu bukan terlihat dari luar.

"Jadi perubahannya bukan dari luar. Kata orang Arab 'Yastakhfuuna minannaasi walaa yastakhfuuna minallahi' (artinya) kau bersembunyi di hadapan manusia, kau tidak mampu bersembunyi di hadapan Allah," tuturnya.

Lebih lanjut, Yahya pun menyinggung bagaimana tampilan luar sering dijadikan paramater taubat seseorang.

"'Oh dia sudah berubah, waktu sebeluk Ramadhan nggak pakai jenggot, sekarang sudah ada jenggot. Celananya dulu panjang, sekarang sudah begini (berdiri lalu menangkat jubahnya hingga kakinya terlihat). Sudah bertobat dia.' Woi kawan, orang bertobat bukan (dilihat) dari jenggot. Kalau ukurannya jenggot, Yahudi duluan masuk surga karena Yahudi jenggotnya sampai di perut," tandas Yahya Waloni.

Ia lantas mengaitkan bahwa ada juga orang 'munafik' yang berpuasa, memakai sorban, dan mengaku ustaz.

"Kemarin, satu bulan, kelompok-kelompok munafik puasa, ada istilah buka bersama, saya nonton TV, innalillahi. Habis bicara A jadi B. Ada satu yang sering pakai sorban seperti ban pespa putih ke mana-mana (sambil menggerakkan tangan mengelilingi kepalanya, seolah melilit sorban). Ngaku-ngaku ustaz," ujar Yahya Waloni.

Pada bagian inilah, Yahya Waloni menyebut bahwa orang Indonesia sangat mudah percaya padahal watak orang gampang berubah.

Contohnya ia sendiri yang mualaf namun langsung disebut ustaz oleh masyarakat Indonesia.

"Hei kawan, ini orang Indonesia ini, suka sekali percaya. Saya saja dari kafir, langsung dicap ustaz begini. Jangan dulu! Apalagi orang Indonesia ini wataknya suka berubah. Hari ini bicara A, besok jadi B, seperti bunglon, seperti gurita. Gurita, batu putih jadi putih, batu merah jadi merah, batu biru jadi biru, batu cokelat jadi cokelat, batu hitam jadi hitam, watak orang Indonesia," tutup Yahya Waloni.

Load More