Scroll untuk membaca artikel
Husna Rahmayunita
Sabtu, 22 Mei 2021 | 10:43 WIB
Ilustrasi la nina. [Wikipedia]

SuaraBogor.id - Fenomena La Nina diprediksi akan terus mendominasi kondisi cuaca di tahun ini. Hal tersebut disampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). 

Melalui stasiun Meteorologi Citeko, Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, mengklaim cuaca tahun ini didominasi hujan efek dari fenomena cuaca ekstrem tersebut. 

"Cuaca hujannya agak lebih panjang tahun ini memang. Udara lapisan atmosfer di atas (udara) ini masih lembab uap airnya," ungkap Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Citeko, Fatuhri Syabani, di Bogor, Jumat (21/5).

Ia memaparkan, biasanya musim kemarau terjadi di bulan Mei atau awal Juni. Berbeda dengan sebelumnya  pada bulan tersebut diperkirakan musim kemarau akan  terjadi di akhir Juni. 

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Jakarta Sabtu 22 Mei: Pagi Berawan, Siang Cerah Berawan

Dengan begitu, menurutnya, musim kemarau tahun ini akan lebih sebentar. 

"Kemaraunya bisa dikatakan agak mundur, bisa Juni pertengahan atau akhir," ujarnya.

Fathuri menjelaskan, efek dari fenomena la nina ini berdampak ke permukaan laut di sekitar Indonesia masih hangat. Sehingga kandungan uap air banyak terjadi di udara. 

Efek dari penomena la nina menyebabkan permukaan laut di sekitaran Indonesia masih hangat, sehingga kandungan uap airnya masih banyak di udara.

"Jadi begitu ada gangguan sedikit saja di udara, akan menjadi awan-awan berpotensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang," jelas Fatuhri.

Baca Juga: BMKG Imbau Warga Tak Huni Rumah yang Retak Terdampak Gempa Blitar

Kendati begitu, la nina sudah beberapa kali dan menyebabkan bencana khususnya di wilayah Kabupaten Bogor.

"Yang lebih parah tahun 2010 secara gelobal Indonesia, hampir semua wilayah curah hujannya ekstrem, itu juga La Nina. Itu La Nina paling ekstrem tercatat sepanjang sejarah di dunia," tutupnya. 

Kontributor : Regi Pranata Bangun

Load More