Ada pula manfaat kesehatan selain risiko diabetes yang menurun pada kelompok pemakan sarden. Peneliti mencatat penurunan kadar trigliserida, tekanan darah, indeks resistensi insulin, serta peningkatan kolesterol "baik" dan hormon adiponektin.
Penulis utama studi, Diana Diaz Rizzolo, menganggap temuan itu sangat penting. Terlebih, sangat mudah untuk merekomendasikan makan sarden selama pemeriksaan medis, dan makanan itu diterima secara luas oleh populasi.
"Sarden tidak hanya memiliki harga terjangkau dan mudah ditemukan, tetapi juga aman dan membantu mencegah timbulnya diabetes tipe dua," ungkap dosen dan peneliti dari Fakultas Ilmu Kesehatan Universitat Oberta de Catalunya (UOC) itu.
Penelitian memang dilakukan pada peserta usia 65 tahun ke atas, tetapi manfaat diet sarden tidak hanya terbatas pada lansia yang berisiko. Rizzolo percaya efek pencegahan serupa bisa dijumpai pada populasi yang lebih muda.
Akan tetapi, dia dan timnya menekankan bahwa konsumsi suplemen tidak akan memiliki efek yang sama seperti makan sarden. Walaupun suplemen bisa juga mengasup kalsium, vitamin D, minyak lemak omega 3, dan taurin, tapi manfaatnya tidak sama.
"Sarden akan memiliki elemen pelindung karena kaya akan nutrisi yang disebutkan, sedangkan nutrisi yang diambil secara terpisah dalam bentuk suplemen tidak akan berfungsi pada tingkat yang sama," ujar Rizzolo.
Studi terpisah dari American Academy of Neurology yang terbit di jurnal Neurology pada 5 Mei, menunjukkan efek positif dari diet tinggi ikan untuk meningkatkan kesehatan otak. Jenis diet yang disoroti adalah diet Mediterania.
Pola makan dengan menu yang terdiri dari minyak zaitun extra virgin, kacang-kacangan, biji-bijian, ikan, dan bahan herbal itu terbukti meningkatkan kesehatan kognitif. Diet Mediterania diklaim sebagai faktor pelindung terhadap penurunan daya ingat.
Studi membandingkan 343 orang yang berisiko tinggi mengembangkan Alzheimer dengan 169 orang yang tidak memiliki kecenderungan terhadap penyakit tersebut. Penulis studi adalah Tommaso Ballarini dari Pusat Penyakit Neurodegeneratif Jerman (DZNE).
Baca Juga: 371 Calon pegawai BPJS Kesehatan Ikut Program Pembelajaran Kepemimpinan Dasar
"Studi kami menunjukkan bahwa makan makanan yang tinggi lemak tak jenuh, ikan, buah-buahan dan sayuran, rendah susu dan daging merah dapat melindungi otak dari penumpukan protein yang dapat menyebabkan kehilangan ingatan dan demensia," kata Ballarini.
Berita Terkait
-
Cara Mengaktifkan Kembali BPJS Kesehatan yang Tidak Aktif dari Perusahaan, Cek Alurnya
-
Jangan Sampai Emosi! Kuasai 4 Cara Melatih Kesabaran Super di Zaman Now
-
Cara Mendapatkan Pemutihan Tunggakan Iuran BPJS Kesehatan 2025, Simak Syarat dan Jadwalnya
-
Tersesat di Usia Muda, Mengurai Krisis Makna di Tengah Quarter Life Crisis
-
Siapa Saja yang Bisa Lakukan Pemutihan Tunggakan Iuran BPJS Kesehatan? Ketahui Syaratnya
Terpopuler
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- Siapa Saja 5 Pelatih Tolak Melatih Timnas Indonesia?
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Pilihan Sunscreen Wardah dengan SPF 50, Efektif Hempas Flek Hitam hingga Jerawat
- Siapa Shio yang Paling Hoki di 5 November 2025? Ini Daftar 6 yang Beruntung
Pilihan
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
-
Menkeu Purbaya Segera Ubah Rp1.000 jadi Rp1, RUU Ditargetkan Selesai 2027
-
Menkeu Purbaya Kaji Popok Bayi, Tisu Basah, Hingga Alat Makan Sekali Pakai Terkena Cukai
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
Terkini
-
Menggantungkan Nasib pada Nama Lama: PBSI Bogor Blak-blakan, Tak Ada Satupun Atlet Profesional
-
3 Fakta Mengejutkan di Balik Penangkapan ASN Tangerang di Parung Bogor
-
14 Hari Penentuan! Akankah Berkas Gratifikasi Kades Cikuda Dinyatakan Lengkap oleh Jaksa?
-
Geger! Warga Cogreg Bogor Dikejutkan Penemuan Mayat Pria di Lantai Dua Rumah Sendiri
-
Bogor Jadi Titik Penangkapan Jaringan Narkoba Antar Provinsi: Oknum ASN Tangerang Diciduk di Parung