Scroll untuk membaca artikel
Andi Ahmad S
Sabtu, 07 Agustus 2021 | 15:01 WIB
Arus lalu lintas Jalan Raya Puncak Bogor kembali padat menjelang malam, Rabu (28/10/2020). [Suara.com/Andi Ahmad Sulaendi]

SuaraBogor.id - Ratusan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Puncak Bogor menyerah. Bahkan, ada sebanyak 300 PKL Puncak Bogor kibarkan bendera putih, aksi yang dilakukan itu merupakan bentuk penolakan PPKM.

Para PKL Puncak Bogor kibarkan bendera putih itu sudah dilasanakan pada Kamis 5 Agustus 2021. Hal itu diungkapkan oleh Ketua Kelompok Sadar Wisata (Kopdarwis) Puncak, Teguh Mulyana.

“Ada sekitar 300 PKL atau pelaku usaha mulai dari kuliner, oleh-oleh hingga warung ikut serta dalam aksi pengibaran bendera putih,” ucapnya, menyadur dari Bogordaily.net -jaringan Suara.com, Sabtu (7/8/2021).

Pengibaran bendera putih dilakukan sebagai tanda menyerah terhadap pandemi Covid-19, serta aturan PPKM yang ditetapkan pemerintah.

Baca Juga: Epidemiolog Sebut Kapasitas Testing Belum Terpenuhi Selama PPKM Sebulan Terakhir

“Ini merupakan bentuk pesan bahwa kami menyerah dengan keadaan PPKM Level 4. Agar mengerti bahwa ekonomi lumpuh total, tidak asa pedagang, tidak ada pengunjung. Semakin ke sini, para pedagang kesulitan untuk bertahan karena tidak mendapatkan nafkah, ” kata Teguh yang biasa disapa Bowie.

Bahkan tidak sedikit dari mereka yang mengaku telah gulung tikar, karena sepinya pembeki semenjak adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

“Rata-rata pendapatan para pedagang turun hingga 80 persen dan tidak sedikit akhirnya para pedagang menutup lapaknya,” ujarnya.

Sementara itu, Hammid (51) salah satu pedagang gorengan di Jalan Raya Puncak, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor mengaku, pemasangan bendera putih tersebut dilakukannya sebagai bentuk keluh kesahnya.

Sebab ia mengaku, sejak penerapan PPKM yang kian diperpanjang membuat penghasilannya menurun drastis dan selalu sepi pengunjung.

Baca Juga: Bikini Dinar Candy Bikin Negara Gemetar: Diperkarakan karena Tubuh, Protesnya Dilupakan

“Pengibaran bendera putih ini merupakan simbol pesan dari kami para pedagang untuk pemerintah, agar lebih memperhatikan nasib kami para pegadang,” ujarnya.

Hammid mengaku penghasilan hariannya turun drastis hingga 70 persen.

“Penghasilan nggak nentu, bahkan anjlok banget. Buat makan aja susah, pendapatan paling besar itu dalam satu hari cuma Rp 100 ribu. Belum buat belanja bahan belum buat makan sehari-hari. Pokoknya serba sulit,” keluhnya.

Hammid berharap pemerintah bisa mencarikan jalan keluar terbaik untuk dirinya dan pedagang kecil lainnya yang berjualan di kawasan Puncak. Sebab bansos pemerintah menurutnya bukanlah satu langkah yang bisa menyelesaikan penderitaan para pedagang.

Load More