SuaraBogor.id - Laporan Panel Antar Pemerintah tentang Perubahan Perubahan Iklim (IPCC) tahun 2021 menyebut, kenaikan permukaan air laut di kawasan Asia Tenggara lebih cepat dibanding daerah lain.
Lebih spesifik, DKI Jakarta disebut sebagai salah satu kota yang berpotensi paling cepat tenggelam di Indonesia.
Utusan Khusus Gubernur DKI Jakarta untuk Perubahan Iklim, Irvan Pulungan membenarkan hal ini.
Irvan menilai, ada beberapa faktor yang meningkatkan potensi tenggelamnya Jakarta. Diantaranya, 40 persen wilayah DKI Jakarta berada di bawah permukaan laut.
“Lalu tingkat urbanisasi yang masif menyebabkan pembebanan pembangunan serta penggunaan air tanah yang masif juga menyebabkan turunnya permukaan tanah,” kata Irvan dalam diskusi virtual tentang dampak perubahan iklim, beberapa waktu lalu.
Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB, Prof. Hariadi Kartodihardjo menyatakan, persoalan mendasar yang melatari permasalahan ini terletak pada proses perencanaan dan menjalankan pembangunan tata ruang.
“Persoalan mendasar dalam merencanakan dan menjalankan pembangunan tata ruang mengikuti kehendak dan permintaan pasar (market) yang sarat akan kepentingan pihak-pihak tertentu,” paparnya.
Hariadi menilai, pemerintah harus memiliki manajemen risiko bencana untuk mewujudkan konsistensi keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan hidup.
Perubahan iklim, kata Hariadi, merupakan isu global yang kebijakan mitigasinya harus disusun dan ditaati oleh pemerintah pusat dan daerah dengan melibatkan semua lapisan masyarakat.
Baca Juga: Momen Anies Kala Ketemu 'Kembaran'
“Dengan demikian, semua orang mempunyai tanggung jawab yang sama untuk mengimplementasikan aksi atau gerakan sosial dan adaptasinya untuk meminimalisir risiko bencana,” tegasnya.
Hariadi menekankan bahwa pemerintah daerah (Pemda) memegang peranan penting untuk menyusun kebijakan perencanaan pembangunan.
Pemda bisa mengintervensi proyek pembangunan di daerah pesisir pantai.
“Intervensi ini penting untuk mencegah kerusakan lingkungan,” imbuhnya.
Selain itu, lanjut Hariadi, Pemda perlu menginformasikan kepada semua pemangku kepentingan tentang faktor pendukung pencegahan kerusakan lingkungan, seperti penggunaan air tanah dan sistem drainase yang baik.
“Kebijakan pemda akan lebih efektif jika mendapatkan pengawasan dari masyarakat. Partisipasi aktif masyarakat bisa memberikan solusi yang efektif untuk tata ruang perkotaan,” tandasnya.
Berita Terkait
-
Patung Fatmawati Penjahit Bendera Pusaka akan Berdiri di Ikon Baru Jakarta Selatan
-
Pemprov DKI Jakarta Kembali Poles Ulang Patung Pancoran
-
DPRD DKI Jakarta Prioritaskan Revisi Perda Pelestarian Budaya Betawi
-
Jakarta Aman Pasca Gempa Bekasi: Ini Kata Gubernur Pramono Anung
-
Solusi Gubernur Pramono Atasi Macet TB Simatupang: Tutup Tol JORR Tiap Sore, Efektifkah?
Terpopuler
- Pendidikan Gustika Hatta, Pantas Berani Sebut Indonesia Dipimpin Penculik dan Anak Haram Konstitusi
- Gebrak Meja Polemik Royalti, Menkumham Perintahkan Audit Total LMKN dan LMK!
- Detik-Detik Pengumuman Hasil Tes DNA: Ridwan Kamil Siap Terima Takdir, Lisa Mariana Tetap Yakin
- Kasih Kode Mau Bela Timnas Indonesia, Ryan Flamingo Kadung Janji dengan Ibunda
- Putrinya Bukan Darah Daging Ridwan Kamil, Lisa Mariana: Berarti Anak Tuyul
Pilihan
-
Klub Miliano Jonathans Selangkah Lagi Cetak Sejarah di Liga Eropa
-
Heboh Warga Solo Dituduh Buron 14 Tahun, Kuasa Hukum Tak Habis Pikir: Padahal di Penjara
-
7 Rekomendasi HP Gaming Rp 2 Jutaan RAM 8 GB Terbaru Agustus 2025, Murah Performa Lancar
-
Neraca Pembayaran RI Minus Rp109 Triliun, Biang Keroknya Defisit Transaksi Berjalan
-
Kak Ros dan Realita Pahit Generasi Sandwich
Terkini
-
Korban Pencurian Syok, Uang Rp50 Juta Barang Bukti di Kejaksaan Tak Bisa Diambil
-
Bogor Kuatkan Pendidikan Karakter, Gerakan Seribu Kata Positif Masuk Sistem Pembelajaran
-
80 Tahun Kemerdekaan: Refleksi dan Proyeksi untuk Indonesia yang Lebih Sejahtera
-
DPRD Kota Bogor Tuntaskan Pembahasan KUA-PPAS 2026 di Tingkat Komisi
-
Sosialisasikan Raperda Ekraf, DPRD Kota Bogor Dorong Kebangkitan Industri Kreatif