Scroll untuk membaca artikel
Andi Ahmad S
Senin, 29 November 2021 | 13:57 WIB
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron. [Xinhua via DW]

Ahli virus dari Universitas Udhayana, Prof I Gusti Ngurah Kadek Mahardika mengatakan sejauh ini belum ada data klinis yang menunjukkan varian baru ini membuat gejala berat pada pasien. Bagaimanapun, kemungkinan varian baru "lebih ganas dan kurang ganas" terhadap tubuh manusia.

"Potensinya dua, yaitu lebih ganas dan kurang ganas. Jadi perubahan itu selalu dua arah, tak pernah satu arah," kata Prof I Gusti Ngurah Kadek Mahardika.

Untuk mengetahui hal tersebut diperlukan data lebih lanjut seperti uji tantang pada hewan coba, termasuk "data klinis dari pasien, baru kita bisa berasosiasi dengan patologi dan gejala klinis, dan juga keganasan virus".

Apa beda varian Omicron dengan varian-varian sebelumnya?

Baca Juga: Warga Sambas di Kawasan Perbatasan Malaysia Terima Vaksinasi Covid-19 Tahap Pertama

Varian Omicron memiliki sekitar 30 mutasi yang terjadi pada protein spike. Bagian virus yang menyerupai tonjolan paku ini digunakan virus untuk mengikat sel pada tubuh manusia.

"Dan ini mutasi paling banyak, dari varian yang selama ini sudah ada," kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Tjandra Yoga Aditama kepada BBC News Indonesia -jaringan Suara.com, Minggu(28/11).

Tim peneliti hanya butuh waktu 17 hari untuk menempatkan Varian Omicron ke kategori VOC. Pada varian-varian sebelumnya, tim peneliti membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk meneliti dan menetapkan pada kategori VOC.

Misalnya, varian Delta yang ditemukan di India pada Oktober 2020. WHO kemudian memasukkan varian ini ke kategori VOC pada 11 Mei 2021.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan sejauh ini dampak dari varian baru Covid-19 ini belum terkonfirmasi.

Baca Juga: Dokter Ungkap Cara Memulai Aktivitas Fisik Setelah Sembuh dari Covid-19

Load More