Gadjah Mada dalam hal ini mendesak agar Hayam Wuruk menerima Dyah Pitaloka bukan sebagai pengantin tetapi sebagai tanda takluknya Negeri Sunda dan pengakuan superiortias Mahapatih atas Kerajaan Sunda di Nusantara.
Hayam Wuruk sendiri disebutkan bimbang atas permasalahan tersebut mengingat Gajah Mada adalah Mahapatih yang diandalkan di Kerajaan Majapahit saat itu.
Akhirnya terjadilah insiden perselisihan antara utusan Linggabuana dengan Gadjah Mada yang berakhir dengan peperangan di Pesanggrahan Bubat yang dikenal dengan Perang Bubat.
Perang ini terjadi karena kedua belah pihak mempertahankan kehormatan kerajaan masing-masing.
Peperangan ini berakhir dengan gugurnya Prabu Maharaja Linggabuana beserta rombongannya karena kalah jumlah dengan pasukan Gadjah Mada.
Dalam kisah ini, Dyah Pitaloka juga dengan hati berduka melakukan bela pati atau bunuh diri untuk membela kehormatan kerajaannya.
Tindakan ini diikuti pula oleh segenap perempuan-perempuan Sunda yang masih tersisa, baik bangsawan ataupun abdi.
Menurut tata perilaku kasta Ksatria, tindakan bunuh diri masal oleh para kaum perempuan Sunda itu dilakukan jika para kaum laki-laki gugur dalam medan perang dalam misi membela kedaultan kerajaan.
Akibat dari perang Bubat ini dikatakan bahwa Hayam Wuruk jatuh dalam perasaan bersalah yang mendalam hingga hubungannya dengan Gadjah Mada rennggag.
Gadjah Mada pun menghadapi kecaman dari para pejabat dan bangsawan Majapahit yang membuat nama kerajaan hancur oleh karena ambisinya dalam memenuhi Sumpah Palapa.
Baca Juga: Abaikan Polemik dengan Wenny Ariani, Rezky Aditya Ucap Syukur Menikah dengan Citra Kirana
Hingga akhirnya Gadja Mada mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Mahapatih. Namun kendati demikian, jabatan Mahapatih pada Gadjah Mada tetap disematkan hingga akhir hanyatnya pada 1364 Masehi.
Dampak besarnya dari perang ini adalah perselisihan antara Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sunda yang semakin besar hingga akhirnya muncul peraturan yang menjadi mitos terkait larangan pernikahan antara Suku Sunda dan Suku Jawa yang masih dipegang oleh sebagian kecil masyarakat tradisional, khususnya dari masyarakat Sunda.
Tag
Berita Terkait
-
DPRD DKI Coret Pasal Larangan Jual Rokok 200 Meter dari Sekolah, Kemendagri Jadi Penentu
-
Kris Dayanti Ungkap Konsep Pernikahan Azriel Hermansyah dan Sarah Menzel
-
Dijadwalkan 2026, Pernikahan Azriel Hermansyah dan Sarah Menzel Usung Konsep Tiga Budaya
-
Tunda Nikah karena Finansial? Psikolog Validasi Perasaan Gen Z
-
Anthony Xie Tak Mau Bantah, Warganet Makin Yakin Rumah Tangga dengan Audi Marissa Bermasalah
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Selevel Innova Budget Rp60 Jutaan untuk Keluarga Besar
- 5 Pilihan Ban Motor Bebas Licin, Solusi Aman dan Nyaman buat Musim Hujan
- 5 HP Memori 128 GB Paling Murah untuk Penggunaan Jangka Panjang, Terbaik November 2025
- 5 Mobil Keluarga Bekas Kuat Tanjakan, Aman dan Nyaman Temani Jalan Jauh
- Cara Cek NIK KTP Apakah Terdaftar Bansos 2025? Ini Cara Mudahnya!
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Mau Bekukan Peran Bea Cukai dan Ganti dengan Perusahaan Asal Swiss
-
4 HP dengan Kamera Selfie Beresolusi Tinggi Paling Murah, Cocok untuk Kantong Pelajar dan Mahasiswa
-
4 Rekomendasi HP Layar AMOLED Paling Murah Terbaru, Nyaman di Mata dan Cocok untuk Nonton Film
-
Hasil Liga Champions: Kalahkan Bayern Muenchen, Arsenal Kokoh di Puncak Klasemen
-
Menkeu Purbaya Diminta Jangan Banyak Omon-omon, Janji Tak Tercapai Bisa Jadi Bumerang
Terkini
-
4 Kelebihan Sepeda MTB untuk Bapak-Bapak dan Rekomendasi Harga 2025
-
Pria Diduga 'Bank Keliling' Ditemukan Tewas di Gubuk Rumpin, Polisi Ungkap Dugaan Penyebabnya
-
Puncak Bogor Segera Punya Jalan Alternatif Baru! Ini Proyek Rudy Susmanto yang Dimulai 2026
-
Berkontribusi Dukung Asta Cita, BRI Terima Penghargaan dari Kementerian IMIPAS
-
Pembangunan Koperasi Merah Putih Bogor Haram Beli Lahan Baru, Kajari: Kita Pakai Aset Desa