SuaraBogor.id - Sejarah kerajaan di wilayah Indonesia cukup banyak dan selalu menarik untuk dipelajari, mulai dari Kerajaan Hindu-Budha hingga kerajaan bercorak Islam. Salah satu yang perlu diketahui itu pengetahuan adalah sejarah Kerajaan Sriwijaya.
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan yang mempunyai kekuatan laut yang sangat besar. Hampir semua sumber daya ekonomi digantungkan kepada laut. Kerjaan ini berada di wilayah Sumatera. Kerjaan ini berkuasa mulai abad 7 hingga abad 12.
Nama Sriwijaya diambilkan dari bahasa sanskerta, yakni Sri yang mempunyai makna bercahaya dan Wijaya yang berarti kemenangan atau kejayaan. Kerajaan ini diyakini sebagi pusat penyebaran agama Budha di Asia Tenggara. Mereka belajar di Bahasa Sanskerta di Kerajaan Sriwiyaja.
Pada masanya, Sriwijaya merupakan kerajaan Maritim terbesar di Indonesia. Namun, letak atau lokasi Kerajaan Sriwijaya masih menjadi perdebatan. Sejumlah ahli sejarah berbeda-beda pendapat. Berdasarkan Berita I-Ts'ing kerajaan ini terletak di sebelah garis katulistiwa, tepatnya di tepi sungai, sebelah timur pelabuhan melayu (Jambi).
Berdasarkan pendapa R.Soekmono, letak kerajaan Sriwijaya ada di Jambi. Hal itu didasarkan pada hasil penelitian geomorfologi yang ia lakukan. Sedangkan berdasarkan piagam batu, kerajaan Sriwijaya ada di Kota Palembang saat ini.
Awal mula munculnya Kerajaan Sriwijaya berawal dari adanya hubungan perdagangan internasional antara Indonesia dengan India. Adapun aktivitas perdagangan yang sering dikunjungi adalah Pantai Timur di Sumatera. Dampaknya, muncul pusat perdagangan dan sejumlah kerajaan kecil di kawasan timur pantau Sumatera.
Kerajaan yang berdiri di wilayah itu antara lain To lang po hwang atau Tulangbawang, Molo yeu atau Melayu dan Che lifo che atau Sriwijaya. Namun yang paling berkembang adalah Sriwiyaja, bahkan kerajaan ini hingga melakukan ekspansi ke Kerajaan Melayu. Sumber sejarah kerjaan Sriwijaya diperoleh dari berita luar negeri dan prasasti yang ditemukan.
Berdasarkan prasasti Kedukan Bukit, pendiri Kerajaan Sriwija tertulis Dapunta Hyang. Pada Prasasti Talang Tuo, nama itu diperjelas menjadi Dapunta Hyang Sri Jayasana.
Berikut daftar raja yang pernah memimpin Kerajaan Sriwijaya:
Baca Juga: Para Artis Ini Pernah Melukat di Bali, Mulai Nikita Willy Hingga Ariel Tatum
- Sri Jayanasa (683 M)
- Sri Indrawarman (702 M)
- Dharanindra (775 M)
- Samaratungga (792 M)
- Balaputradewa (835 M)
- Sri Cudamani Warmadewa (988 M)
- Sri Mara Vijayottunggawarman (1008 M)
- Sangrama Vijayottunggawarman (1025 M)
Selama Kerajaan Sriwijaya berdiri wilayah kekuasaannya meliputi, Sumatera Selatan, sebagian Malaysia dan sebagian besar Pulau Jawa. Pada puncaknya wilayah kekuasaan meluas hingga Thailand, Semenanjung Malaya, Kamboja, Sumatera, Kalimantan hingga Sulawesi.
Masa Kejayaan
Puncak kejayaan Kerajaan Sriwijaya terjadi pada masa kepemimpinan Raja Balaputradewa, abad ke-8. Pada masa ini Raja Balaputradewa jaya di bidang ekonomi, pendidikan dan kebudayaan.
Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat penyebaran agama Budhha terbesar. Perdagangan saat itu melejit karena mempunyai armada laut yang kuat dan mempunyai jalur perdagangan yang aman. Ini menandakan jika kerajaan Sriwijaya dikenal sebagai kerajaan yang makmur.
Keruntuhan
Keruntuhan atau kemunduran Kerajaan Sriwijaya disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya:
1. Wilayah Sriwijaya yang sudah tidak dekat lagi dengan pantai. Aliran sungainya membawa lumpur yang cukup banyak hingga mengganggu lintas perdagangan.
2. Wilayah kekuasaan Sriwijaya banyak yang melepaskan diri. Salah satunya karena angkatan laun semakin lemah.
3. Serangan dari kerjaan lain, seperti Colamandala dan adanya ekspedisi Singhasari yang berakibat Melayu lepas dari Sriwijaya.
4. Serangan armada laut dari angkatan perang Majapahit.
Sementara itu, berikut peninggalan Kerajaan Sriwijaya:
- Prasasti Kedukan Bukit
- Prasasti Talang Tuo
- Prasasti Kota Kapur
- Prasasti Karang Birahi
- Prasasti Telaga Batu
- Prasasti Palae Pasemah
- Prasasti Ligor
- Prasasti Tanjore
- Prasasti Srilanka
Demikian penjelasan mengenai sejarah Kerajaan Sriwijaya. Semoga bisa menambah pengetahuan, terutama di bidang sejarah.
Kontributor : Muhammad Aris Munandar
Berita Terkait
-
Kenapa Kuil Hindu Murugan Temple Jakarta Ditutup? Viral di Media Sosial
-
Mengenal Seni Hidup Sederhana dari Biksu Jepang Lewat Buku Zen: The Art of Simple Living
-
Asyik Foto di Candi, Emak-Emak Ini Tak Sadar Mengganggu Umat Beribadah. Netizen: Astaga!
-
Pengajian Gus Miftah di Candi Prambanan Tuai Pro Kontra
-
Hari Raya Waisak untuk Agama Apa? Ini Sejarah dan Makna Mendalamnya
Terpopuler
- Kumpulan Prompt Siap Pakai untuk Membuat Miniatur AI Foto Keluarga hingga Diri Sendiri
- Terjawab Teka-teki Apakah Thijs Dallinga Punya Keturunan Indonesia
- Bakal Bersinar? Mees Hilgers Akan Dilatih Eks Barcelona, Bayern dan AC Milan
- Gerhana Bulan Langka 7 September 2025: Cara Lihat dan Jadwal Blood Moon Se-Indo dari WIB-WIT
- Geger Foto Menhut Raja Juli Main Domino Bareng Eks Tersangka Pembalakan Liar, Begini Klarifikasinya
Pilihan
-
Nomor 13 di Timnas Indonesia: Bisakah Mauro Zijlstra Ulangi Kejayaan Si Piton?
-
Dari 'Sepupu Raisa' Jadi Bintang Podcast: Kenalan Sama Duo Kocak Mario Caesar dan Niky Putra
-
CORE Indonesia: Sri Mulyani Disayang Pasar, Purbaya Punya PR Berat
-
Sri Mulyani Menteri Terbaik Dunia yang 'Dibuang' Prabowo
-
Surat Wasiat dari Bandung: Saat 'Baby Blues' Bukan Cuma Rewel Biasa dan Jadi Alarm Bahaya
Terkini
-
Maulid Berdarah: 3 Jemaah Tewas, Puluhan Terluka Saat Majelis Taklim Ambruk, Menag Janjikan Ini
-
Layar Ditinggalkan, Langit Jadi Tontonan: Saat Gerhana 'Blood Moon' Satukan Ribuan Warga
-
Update Tragedi di Bogor: Teras Tebing Majelis Taklim Ambrol, Bupati Sebut Korban Tembus 80 Orang
-
Detik-detik Mencekam Maulid di Ciomas Berujung Duka, Mushola Ambruk Timpa Puluhan Jemaah
-
Sopir Kabur Hingga Gardu Rusak, Ini 5 Fakta Penting Kecelakaan Truk di Tol Ciawi 2