Scroll untuk membaca artikel
Andi Ahmad S
Kamis, 13 Januari 2022 | 07:35 WIB
Ilustrasi radikalisme. [Shutterstock]

SuaraBogor.id - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) memberikan peringatan untuk generasi muda agar mewaspadai serangan pintar yang akan membuat seseorang terpapar paham radikalisme.

Salah satunya yakni melalui konsumsi makanan dengan kandungan tiga dimensi bahan, yaitu pemanis, pengawet, dan perasa. Tiga zat kimia itu masuk ke dalam makanan yang dikonsumsi anak bangsa sehingga merusak metabolisme.

Hal itu diungkapkan Direktur Klinik Pancasila Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Dody Susanto.

"Radikalisme itu dipicu oleh sepuluh faktor yang dikenal dengan serangan pintar 10-F," ujar Dody Susanto, mengutip dari Antara.

Baca Juga: BNPT Sebut Garut Punya Potensi Radikalisme Tinggi

Serangan pintar 10F itu, lanjut Dody, terdiri atas serangan pintar food (makanan), fun (budaya bersenang-senang), fantasi, fashion, finansial, filosofi, friction (gesekan), foreign (asing), filosofi, fate (kepercayaan), dan fail (kesalahan).

Selanjutnya, Dody pun menjelaskan satu per satu dari 10 serangan pintar yang memicu pemaparan radikalisme tersebut.

"Jadi, kalau seseorang terbiasa mengonsumsi bahan pengawet, pemanis, dan perasa, secara kimiawi dan biologis, tubuhnya sudah rusak dan itu menyebabkan instabilitas emosional sehingga radikalisme cenderung bertemu di alam pikiran," kata Dody.

Faktor lain adalah serangan pintar fun atau budaya bersenang-senang, yaitu kondisi ketika seseorang terbiasa bersenang-senang, bahkan menjadi kehilangan kendali atas dirinya sendiri.

Dody mengatakan bahwa serangan fun menyebabkan manusia terdorong secara instingtif melakukan tindak radikalisme.

Baca Juga: 5 Jenis Buah untuk Melancarkan Proses Buang Air Besar, Ada Pir hingga Apel

Kata dia, ada serangan pintar fantasi, yakni ilusi dan imajinasi berlebihan yang mengganggu stabilitas pikiran seseorang dan mendorongnya bertindak radikal.

Berikutnya, lanjut Dody, serangan pintar fashion dalam artian luas yang dapat dilihat dari kebiasaan membagikan status aktivitas sehari-hari di media sosial.

"Contohnya, kebiasaan seseorang membagikan status di media sosial, seperti sedang makan lalu diunggah. Fashion ini berbahaya karena mendorong orang menjadi konsumtif sehingga ekonomi dalam negeri tergerus. Jika kehilangan akumulasi finansial, bisa menjadi radikal," jelas Dody.

Serangan pintar finansial dapat dilihat ketika seseorang dengan gaji terbatas, melakukan kredit. Serangan seperti itu, kata Dody, dapat memicu seseorang menjadi radikal untuk memenuhi keinginannya yang dibatasi oleh finansial.

"Selanjutnya, serangan keenam adalah serangan pintar filosofi. Ini tugasnya BNPT, yaitu perang ideologi. Seperti sekarang, kita ada perang ideologi transnasional mulai dari isu kekerasan dan radikailisme," katanya.

Serangan pintar friction merupakan gesekan-gesekan antarmasyarakat Indonesia yang dikenal beragam sehingga memicu kemunculan kelompok radikal.

Load More