SuaraBogor.id - Balita asal Kampung Pengkolan RT 07/02, Desa Purabaya, Kecamatan Purabaya, Kabupaten Sukabumi yang mengalami gizi buruk dan sempat mendapatkan perawatan di rumah sakit, meninggal dunia.
Bay bernama Ane Azkia Nurhayid itu menghembuskan napas terakhirnya pada Sabtu (17/9/2022) lalu.
Dari keterangan Camat Purabaya Mulyadi, anak kedua dari pasangan Nanang dan Siti Nuraidah yang baru berusia dua tahun itu sebelumnya menjalani perawatan selama beberapa hari di RS Hermina Sukabumi. Setelah kondisinya membaik, Ane dibawa pulang ke rumahnya pada Kamis, 15 September 2022.
Namun ketika dua hari berada di rumah, kondisi kesehatan Ane drop dan kritis lalu dibawa ke Puskesmas Purabaya pada Sabtu, 17 September 2022, untuk penanganan.
Mulyadi menyatakan, saat itu Ane langsung ditangani dan rencananya dirujuk kembali ke RS, namun hari itu Ane meninggal dunia.
"Kami Muspika, Puskesmas Purabaya telah melakukan penanganan dari awal," ujarnya.
Kepala Puskesmas (Kapus) Purabaya, Sudira Efendi mengatakan Ane lahir dengan badan lahir rendah dan kelainan usus atau hisprung. Ane pun terus mendapat pemantauan oleh tim tenaga Gizi Pendamping (TGP) Puskesmas Purabaya.
Namun saat itu pihak keluraga terus menolak agar Ane dirujuk ke RS.
"Kepala puskesmas sebelumnya juga upaya, namun [keluarga] menolak," ujarnya.
Baca Juga: Bayi Dibuang di Tanggamus, Ditemukan Warga saat Dengar Suara Tangisan
Sudiar terus berupaya hingga keluarga pasien mengizinkan Ane dirujuk ke RSUD Sagaranten. Di RS tersebut Ane mendapatkan terapi dan didiagnosis oleh dokter spesial anak bahwa Ane mengalami Gizi Buruk dengan komplikasi TB paru dan hisprung.
Selanjutnya dokter anak menganjurkan ke RS yang lebih lengkap. Dari pihak Puskesmas kemudian berkoordinasi dengan lintas sektor untuk membujuk kembali pihak keluarga supaya Ane bisa dibawa dan dirawat di RS Hermina Sukaraja.
“Alhamdulillah keluarga menyetujui pada hari berikutnya dibawa dengan ambulans Puskesmas Purabaya untuk dirawat inapkan," ujarnya.
Sudiar menyatakan, di RS itu Ane diagnosa gizi buruk, TB paru, bronkopneumonia dan hisprung sehingga menjalani perawatan selama 9 hari.
Pada tanggal 15 September 2022, Ane diperbolehkan pulang atas rekomendasi dari dokter spesialis anak. Saat itu kondisinya baik dan mendapatkan terapi dan susu F100, buku acuan pedoman makanan sesuai ahli gizi rumah sakit. Bahkan Ane akan kontrol ulang pada Rabu tanggal 21 September 2022.
Pada tanggal 16 September 2022, Ane didatangi oleh petugas kesehatan Puskesmas dan saat itu Ane dalam kondisi baik.
Berita Terkait
-
Punya Pengaruh Buruk, Ini 5 Cara Meminimalisir Screen Time pada Balita
-
7 RS di Jakarta Ini Tawarkan Paket MCU Unik: Cek Kesehatan Jiwa Hingga Bebas Narkoba
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Detik-detik Ibu Muda di Cipete Bikin Geger: Mules Keluar Bayi, Refleks, Dibuang ke Saluran Air
-
36 Nama Bayi Laki-Laki Islami Modern yang Belum Banyak Dipakai
Terpopuler
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
- Fakta-Fakta Korupsi Bupati HSS Kalsel, Diduga Minta Dana Proyek Puluhan Miliar
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 3 Oktober: Klaim Ballon d'Or 112 dan Gems
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Bukan Hanya Jalan! Samisade Jilid Baru Rudy Susmanto Lebarkan Sayap ke Pesantren Hingga Biaya Kuliah
-
Detik-Detik Mencekam! Pemain Persikad Depok Koma Usai Duel Udara
-
Bukan Sekadar Pasal, Pascasarjana Jayabaya Jawab Permen Baru dengan Aksi Lintas Negara
-
Bukan Sekadar 32 Km Jalan, Intip Visi PU 608 di Balik Tol Bogor-Serpong
-
Misteri di Balik Tol Bogor Serpong, Mengapa Investor Rela Tanam Rp12,3 Triliun Tanpa Bebani APBN?