SuaraBogor.id - Cita-cita RF (17) seorang siswa SMK di Cibadak, Kabupaten Sukabumi untuk bekerja di luar negeri tak akan pernah terwujud usai ia menjadi korban pembunuhan yang diduga dilakukan oleh beberapa orang abf pada Sabtu (8/10/2022) dini hari lalu.
Sebelumnya, korban dikeroyok dan dibacok oleh tujuh orang pelaku yang masih berusia belasan.
Kekinian, polisi telah berhasil menangkan tujuh orang pelaku yang diduga bertanggung jawab atas kematian siswa SMK itu. Akmaludin (70 tahun), kakek RF, mengapresiasi Polres Sukabumi sudah cepat membekuk tujuh pelaku yang tega menghabisi nyawa cucunya itu.
"Saya mengucapkan terima kasih kepada Kapolres Sukabumi dan jajarannya yang telah menangkap para penganiaya cucu saya serta empati yang telah ditunjukan Bapak Kapolres kepada saya dan keluarga," ujarnya kepada tim Humas Polres Sukabumi, Kamis (13/10/2022).
“Pada kesempatan ini juga saya berharap polisi memproses hukum dengan seadil-adilnya sehingga menimbulkan efek jera bagi para pelaku," sambung Akmaludin.
Akmaludin juga berharap peristiwa yang dialami cucunya merupakan yang terakhir di wilayah Kecamatan Cibadak sehingga tidak ada lagi para pelajar yang mati sia-sia seperti yang dialami RF.
Sambil menahan tangis, Akmaludin menceritakan almarhum cucunya ternyata bercita-cita selepas lulus sekolah ingin bekerja di luar negeri guna membantu ekonomi keluarga.
Demi mewujudkan keinginan cucunya tersebut, lanjut Akmaludin, ibu korban yang bernama Hani Handayani rela berangkat bekerja ke luar negeri agar dapat membiayai sekolah RF.
"Saat kejadian ibu korban sudah berangkat ke Qatar untuk bekerja," ucapnya.
Baca Juga: Pencarian Anak yang Terseret Sungai Cigunung Sukabumi Kembali Dilanjut
Menurut Akmaludin, selama ini RF tinggal bersama dirinya di rumahnya di Kampung Sekarwangi, Cibadak, Kabupaten Sukabumi.
"Kebetulan kedua orang tua cucu saya sudah lama berpisah, sehingga cucu saya diasuh oleh saya dan neneknya," kata dia.
Sementara terkait adanya aksi-aksi kekerasan melibatkan pelajar, Kasat Reskrim Polres Sukabumi AKP Dian Purnomo mengatakan itu perlu pengawasan dari semua pihak mulai keluarga dan lingkungan sekitar.
"Dalam hal ini perlu pengawasan dari keluarga dan lingkungan, dari RT/RW, kades, camat, dan yang terakhir dari kami dalam penegakan hukum. Tapi perlu ada sinergitas antara tiga pilar yaitu keluarga, lingkungan, dan kita," kata Dian.
Ketujuh pelaku adalah DN (18 tahun), RA (19 tahun), AM (18 tahun), dan empat orang lainnya yakni anak laki-laki di bawah umur. Mereka berasal dari sejumlah sekolah di Kabupaten Sukabumi, ada yang berstatus drop out (DO), alumni, dan sisanya sedang menempuh pendidikan di salah satu SMK di Kabupaten Sukabumi.
Berita Terkait
-
Kreatif! Siswa SMK di Sragen Bikin Seragam Batik Sendiri dengan Teknik Jepang
-
Ada 400.000 Lowongan Kerja di Jerman, Pemerintah Push SMK Genjot Skill Bahasa Asing Sejak Kelas 1
-
Gara-gara Foto Bareng Siswi, Pelajar SMK Dikeroyok Senior hingga Rahang Patah
-
Fakta-fakta Gempa Sukabumi dan Bogor: 29 Kali Gempa Susulan, Sesar Aktif Jadi Pemicu
-
Sosok Saryono, Guru Honorer 33 Tahun dengan Gaji Rp350 Ribu Tiap 3 Bulan
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
Terkini
-
Puncak Membara! Warga Korban PHK Siap Gugat Presiden, Janji Menteri Hanif Faisol Cuma Angin Surga?
-
Mengapa Truk Box Itu Gagal Menanjak? Misteri Penyebab Rem Blong di Tanjakan Ciampea Renggut Nyawa
-
Bentrok Kepentingan Tanah Desa vs Utang BLBI, Mendes Yandri Desak Keputusan Berani Pemerintah
-
Membongkar Strategi CIMB Niaga Bogor: Bukan Hanya Pinjaman, Tapi Garansi Bisnis Berkelanjutan
-
Lelang Tanah 800 Hektare Akibat 'Dosa Masa Lalu': Dua Desa Kuno di Bogor Jadi Tumbal Skandal BLBI