Lisda menyebut, di tengah tidak ada dan tidak berfungsinya Tank Baja sekutu itu, para tentara kemudian mempreteli Tank Baja dan alat perang yang mereka miliki. Sehingga, sekutu tidak berhasil memerangi masyarakat Bogor Barat.
“Ketika orang-orang Belanda tidak punya alat perang, mereka pasti kalah meski badan mereka besar. Kenapa kalah? Karena kita itu kan rata-rata berjuang melawan Belanda itu adalah perjuangan menghadapi orang kafir. Jadi bukan berjuang atas nama negara saja. karena ada pemikiran bahwa,kalau mati dalam peperangan itu syahid. Makanya pola pikir itu mempengaruhi pola perjuangan mereka, terutama yang dipimpin KH soleh Iskandar ,” jelas Lisda.
Curug Lontar Tempat Atur Strategi
Agresi Militer tentara sekutu di masa perang kemerdekaan membuat para tentara harus lebih hati-hati dalam bersembunyi maupun mengatur strategi.
Pasalnya, KH Soleh Iskandar dengan tentaranya memiliki tempat persembunyian khusus saat mengatur strategi perang di tahun 1946 hingga 1947 itu.
Mereka mengatur strategi perang di belakang Curug atau air terjun Cilontar, Pamijahan.
“Kalau dulu sering di sini orang jalan kesana (Curug Cilontar) yang ada goa nya. Jadi kalau dulu air terjunnya gede banget, di belakang air terjun itu ada goa, pada saat itu perempuan istilahnya ngeli, ngeli itu mereka membantu bawa alat. Sementara , para suami menyiapkan strategi bersembunyi di balik air terjun, dikomadai KH soleh Iskandar pada tahun 1947,” papar dia.
Sementara, para tentra, kiyai, dan santri di Desa Pasarean memiliki Bunker khusus untuk bersembunyi saat terjadinya gencatat senjata atau agresi militer yang tiba-tiba. Sebab, Desa Pasarean selalu menjadi salah satu tujuan utama para sekutu dalam menghabiskan para tentara Indonesia yang handal.
“Sebetulnya, beberapa tahun lalu, ada terowongan panjang, jadi kalau ada yang ngumpet di situ ada semacam pipa gede. Jadi khusus pasukan pasarean kalau terjepit (gencatan senjata) ngumpet ke situ,” papar dia.
Baca Juga: 6 Ide Lomba 17 Agustus Unik untuk Meriahkan HUT Kemerdekaan Indonesia
Itulah sedikit kisah KH Soleh Iskandar dan para tentaranya dalam menghabisi dan mengusir lawannya saat penjajahan Jepang maupun di tengah peperangan dengan Belanda-Inggris.
Kendati demikian, masih banyak kisah dan sejarah tentang KH Soleh Iskandar dalam memperjuangkan dan mempertahankan tahan air Indonesia, sehingga layak dijadikan sebagai pahlawan Nasional.
Kontributor : Egi Abdul Mugni
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
Peringatan Hari Pahlawan Nasional, Adityawarman Adil Ajak Pemuda Kota Bogor Ikuti Jejak Pahlawan
-
Tegang di Polsek Jonggol! Pemilik Mobil BBM Rebut Kunci dari Tangan Oknum Wartawan
-
Indra Sjafri Ungkap 'Penyakit' Turunan Garuda Muda
-
9 Ribu Pegawai Paruh Waktu di Bogor Diberi Peringatan Keras: Jangan Gadai SK
-
Debut Kapten Timnas U-22 Ivar Jenner: Indonesia Dipermalukan Mali 0-3 di Stadion Pakansari