SuaraBogor.id - SuaraBogor.id- Keputusan pemerintah untuk impor beras dianggap perlu didasari data yang akurat. Menurut Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa memandang keputusan impor beras harunya diputuskan pada Agustus 2024 mendatang.
Guru Besar IPB itu mengungkapkan, prognosis data produksi Badan Pusat Statistik (BPS) sudah relatif akurat, serta surplus atau defisit stok juga sudah diketahui.
"Sehingga kalau pada saat itu produksi tidak mencukupi, sedulur tani tidak ada masalah impor dilakukan oleh pemerintah kalau itu betul-betul karena produksinya tidak mencukupi konsumsi," kata Dwi dalam paparan media di kantor Ombudsman RI dikutip dari ANTARA, Minggu (18/11/2023).
Dwi berharap pemerintah mempertimbangkan keputusan impor beras untuk mencegah kerugian pada petani karena stok beras diperkirakan akan berlebih.
"Yang tahun kemarin mengapa kita bermasalah, karena stock to use ratio (Rasio stok yang digunakan) hanya 13 persen, Bahaya memang stock to use ratio 13 persen. Karena apa?" ungkap Dwi.
"Cadangan stok awal 2023 hanya 4 juta ton. Tapi stok 2024 itu sudah melebihi 20 persen. Tidak ada masalah sama sekali. Aman dengan posisi saat ini," imbuhnya.
Pria yang juga menjabat Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) itu memperkirakan produksi beras pada 2024 naik sekitar 3 hingga 5 persen atau naik rata-rata 2 juta ton.
Jika pemerintah tetap mengimpor beras sebanyak 2 juta ton pada 2024, harga beras dipastikan akan turun di tingkat konsumen. Namun, Dwi menyebut bahwa petani akan mengalami kerugian.
"Kebijakan impor di Agustus 2024 akan memenuhi rasa keadilan untuk petani karena tepat waktu dan tepat jumlah," ujar dia.
Baca Juga: Pemotor Tertabrak KRL di Perlintasan Tanpa Palang Pintu di Cibinong, Satu Orang Tewas
Sementara itu, Anggota Ombudsman RI Yeka Hendra Fatika menyarankan agar pemerintah, terutama pemerintahan di periode selanjutnya, dapat menerapkan perencanaan jangka panjang dalam kebijakan impor beras. Selain itu, kata Yeka, tata kelola impor beras juga harus lebih transparan. (ANTARA)
Berita Terkait
-
Titik Didih Krisis Puncak! Penutupan Belasan Tempat Wisata KLH Picu PHK Massal, Mulyadi Geram
-
Prakiraan Cuaca 4 Oktober 2025 di Berbagai Kota Wisata dari Bogor, Bali hingga Yogyakarta
-
Guru Besar IPB: Petani Dituntut Taat Kebijakan, Tapi Bantuan Benih dan Pupuk Masih Jauh dari Cukup
-
20 Menit Parkir Kena Rp100 Ribu, Aksi Tukang Parkir di Bogor Viral
-
Seluruh Tubuh Melepuh, Buruh Lumpia Korban Ledakan Gas di Bogor Minta Tolong Dedi Mulyadi, Kenapa?
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
Terkini
-
Puncak Membara! Warga Korban PHK Siap Gugat Presiden, Janji Menteri Hanif Faisol Cuma Angin Surga?
-
Mengapa Truk Box Itu Gagal Menanjak? Misteri Penyebab Rem Blong di Tanjakan Ciampea Renggut Nyawa
-
Bentrok Kepentingan Tanah Desa vs Utang BLBI, Mendes Yandri Desak Keputusan Berani Pemerintah
-
Membongkar Strategi CIMB Niaga Bogor: Bukan Hanya Pinjaman, Tapi Garansi Bisnis Berkelanjutan
-
Lelang Tanah 800 Hektare Akibat 'Dosa Masa Lalu': Dua Desa Kuno di Bogor Jadi Tumbal Skandal BLBI