SuaraBogor.id - Sebuah video yang menayangkan satu keluarga di Kota Depok, Jawa Barat, mengonsumsi terigu viral di media sosial.
Video satu keluarga di Depok makan terigu itu diunggah oleh akun Instagram @warung_jurnalis.
@warung_jurnalis menyebut keluarga Asep dan Ilma terdampak dari pembagian bantuan sosial (bansos) yang tak merata.
Dari narasi video yang beredar, dijelaskan jika keluarga Asep dan Ilma tidak pernah mendapatkan bansos dari Pemerintah Kota (Pemkot) Depok.
Baca Juga:Satu Keluarga di Depok Makan Terigu Tak Dapat Bansos Ternyata Cuma Rekayasa
Terkait ini, Ilma membantah keluarganya tak mendapat bansos. Pernyataan itu, kata dia, salah paham.
Ilma menerangkan sudah dua kali mendapat bansos dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
"Kalau saya gak dapat bansos tidak benar. Itu salah paham. Saya dapat bansos dari Gubernur Jabar Ridwan Kamil," kata kepada SuaraBogor.id—grup Suara.com—Rabu (23/12/2020).
Meski demikian, Ilma membenarkan keluarganya sempat hanya mengonsumsi terigu selama seminggu.
Namun, kata Ilma, itu tak ada kaitannya dengan bansos.
Baca Juga:Satu Keluarga di Depok Makan Tepung Gegara Tak Dapat Bansos? Ini Faktanya!
"Kalau makan terigu benar kami makan terigu. Saat itu lagi kacau, suami ojek online (enggak tentu pendapatannya). Itu pun motor yang dipakai suami punya bapak saya. Jadi enggak full dipakai suami, suami ngandalin ngojek," ungkap Ilma.
Ilma mengaku makan terigu bersama keluarganya dengan cara digoreng dicampur gula selama satu minggu. Lantaran saat itu mereka tidak ada uang.
Lalu ia sepakat dengan suaminya untuk menjual barang-barang untuk membeli beras dan lauk pauk untuk makan bersama tiga anak mereka yang masih kecil.
"Bahkan anak saya makan di rumah orang tua saya. Penghasilan untuk hidup sehari-hari saya kerja cuci baju dan gosok. Kalau suami hanya ojek online," kata dia.
Ilma menerangkan awal mula bahwa keluarganya mengkomsumsi terigu dari postingan di Facebook.
Di mana Ilma memposting cerita bahwa menjual gula, terigu, dan kacang ijo untuk ditukar beras karena tidak ada uang untuk membeli.
"Jadi ramai, (soal kabar enggak dapat bansos) miskomunikasi saja sebenarnya," pungkasnya.
Kontributor : Supriyadi