Dengan jumlah total sekitar 330 ribu sekolah di seluruh Indonesia—200 ribu di antaranya merupakan sekolah negeri—Presiden menyatakan bahwa jika hanya mengandalkan APBN, perbaikan menyeluruh akan memakan waktu yang sangat lama.
"Kalau kita hanya perbaiki 11 ribu sekolah setiap tahun, mungkin butuh 30 tahun untuk menyelesaikan semuanya," tutupnya.
Peresmian program PHTC ini diharapkan menjadi langkah percepatan dalam meningkatkan kualitas pendidikan nasional, baik dari sisi infrastruktur maupun hasil pembelajaran.
Baca Juga:Menguatkan Peran Alumni, UIKA Bogor Ambil Posisi Strategis di IKA UIN Bandung
Prabowo Subianto Djojohadikusumo (Prabowo Subianto Joyohadikusumo lahir 17 Oktober 1951) adalah politikus, pengusaha dan purnawirawan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat yang menjabat sebagai Presiden Indonesia sejak 20 Oktober 2024 untuk masa periode 2024—2029.
Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai Menteri Pertahanan ke-26 di bawah kepemimpinan presiden Joko Widodo dari tahun 2019 hingga 2024. Prabowo adalah presiden Indonesia ketiga yang memiliki latar belakang militer setelah Soeharto dan Susilo Bambang Yudhoyono dan merupakan presiden tertua dalam sejarah Indonesia.
Prabowo lulus dari AKABRI (kini Akademi Militer) pada tahun 1974 dan terutama bertugas di Komando Pasukan Khusus (Kopassus) hingga ia ditunjuk untuk memimpin Komando Cadangan Strategis (Kostrad) pada tahun 1998. Belakangan pada tahun yang sama, ia diberhentikan dari militer dan kemudian dilarang memasuki Amerika Serikat karena diduga melakukan pelanggaran hak asasi manusia.
Pada awal tahun 2008, lingkaran dalam Prabowo mendirikan Partai Gerindra. Dalam Pemilihan Presiden 2009, ia mencalonkan diri sebagai wakil presiden sebagai pasangan Megawati Soekarnoputri, namun gagal terpilih.
Ia ikut serta dalam Pemilihan Presiden 2014 dan dikalahkan oleh Gubernur Jakarta Joko Widodo. Kekalahan ini awalnya ia tolak. Ia kembali mencalonkan diri sebagai presiden pada 2019 dengan Sandiaga Uno sebagai pasangannya dan dengan dukungan dari Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), yang Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Demokrat (PD), dan Partai Berkarya, namun kembali gagal terpilih.
Baca Juga:Abdul Muti Bakal Bangun Dua SD di Pelosok Bogor, Kepala Sekolah: Penantian 20 Tahun
Penolakannya untuk menerima hasil tersebut membuat para pengikutnya melancarkan protes yang memicu kerusuhan mematikan di Jakarta.