Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Jum'at, 25 Desember 2020 | 09:41 WIB
Alissa Wahid. [Suara.com/Somad]

SuaraBogor.id - Pernytaaan Ustaz Abdul Somad jika merayakan Hari Ibu itu haram dan kafir disentil oleh putri Gus Dur, Alissa Wahid. Alissa Wahid pun menyindir ulama yang ajarkan kebencian.

Ketua Jaringan Gusdurian itu mengatakan jika memelihara tradisi yang baik sebenarnya tak masalah. Terlebih tradisi menghormati ibu

“Sekarang, banyak ulama hadir dalam kehidupan kita. Mana ajaran yang perlu diikuti? Yang tidak membuat kita penuh dengan kebencian kepada setiap makhluk Allah SWT, yang meninggikan harkat kemanusiaan, yang memelihara kebaikan bersama. Memelihara bangsa juga. Gitu aja kok repot,” kata Alissa dalam akun Twitternya.

Menurut Alissa, setiap orang berhak mengutarakan pendapat sepanjang tidak melanggar hak konstitusi warga negara lain, tidak melanggar martabat kemanusiaan dan kemaslahatan bersama.

Baca Juga: Kader NU Bongkar 2 Bukti Rizieq dan Ustaz Somad Nistakan Agama Kristen

Ustaz Somad. (Suara.com/Tyo)

“Ya enggak apa-apa, dia berhak atas pendapatnya. Boleh dong. Kita juga berhak atas pendapat kita, yang selalu berpijak pada prinsip al-muhafadhah ala al-qadiim as-shalih, wa akhdzu bi al-jadid al-ashlah. Memelihara tradisi yang baik dan mengambil pembaharuan yang lebih baik,” katanya.

Maka itu, dia meminta agar publik tak perlu takut terhadap perbedaan pandangan. Sepanjang tidak melanggar hak konstitusi warga negara yang lain.

Adapun, dalam kehidupan bernegara dan beragama, menurutnya, dari kacamata banyak ulama tidak melanggar martabat kemanusiaan dan kemaslahatan bersama.

“Esensi ajaran agama ada di membangun kemaslahatan bersama dan mengangkat martabat kemanusiaan. Ulama-ulama kita mengajarkan itu kan?” katanya.

Sehingga, lanjut Alissa, jika ada praktik pembaharuan tapi sesuai esensi ajaran agama seperti peringatan hari ibu atau vaksinasi sekalipun maka hal tersebut sah-sah saja.

Baca Juga: Gus Sahal: Nabi Muhammad Izinkan Umat Kristen Ibadah di Masjid

“Jadi kalau ada praktik pembaharuan tapi sesuai esensi ajaran agama, ya para ulama kita bisa terima, misalnya vaksinasi. Sebaliknya, kalau ada praktik yang tidak sesuai esensi ajaran agama ya harus mulai ditinggalkan, misal perbudakan, yang Nabi SAW saja melakukan transformasinya,” paparnya.

Load More