Scroll untuk membaca artikel
Andi Ahmad S
Kamis, 10 Juni 2021 | 10:38 WIB
jembatan Panus Depok [Youtube Ardabily Channel]

SuaraBogor.id - Wilayah Depok saat mengalami perubahan sejak berdirinya sebagai kota. Dari berbagai sektor terus tumbuh dan berkembang, baik ekonomi pembangunan, sosial, maupun budayanya. Bahkan, mungkin masih banyak warga Depok yang belum mengetahui adanya bangunan bersejarah di Depok.

Meski begitu banyak bangunan yang memiliki sejarah di Kota Depok yang harus diketahui. Karena sejarah bagian dari proses hingga sekarang ini.

SuaraBogor.id jaringan Suara.com merangkum beberapa tempat yang memiliki sejarah di kota Depok, yakni sebagai berikut:

1.Jembatan Panus

Baca Juga: Buru Pelaku Begal Payudara Mahasiswi di Depok, Polisi Periksa CCTV

Jembatan Panus ini berada di Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas diatas Sungai Ciliwung.

Jembatan ini penuh sejarah bagi Depok. Jembatan ini sudah ada sejak jaman Belanda. Dari berbagai sumber pembangunan Jembatan Panus ini dibangun pada 1917 tahun.

Jembatan ini dibangun pada tahun 1917 oleh seorang insinyur bernama Andre Laurens, julukan "Jembatan Panus" diberikan berdasarkan nama "Stevanus Leander" yang adalah seorang warga yang tinggal di samping jembatan tersebut.

Namun untuk memudahkan lafal, nama itu disingkat menjadi "Panus".

Pada masa pemerintahan Belanda, jembatan ini merupakan satu-satunya jembatan penghubung antara Depok dengan Bogor dan ke Batavia atau sekarang Jakarta.

Baca Juga: Lokasi SIM Keliling Kota Depok Kamis 10 Juni 2021

Sementara pada masa kini, Jembatan ini memiliki fungsi sebagai pemantau naiknya debit kiriman air dari Bogor saat musim penghujan.

Hal ini dikarenakan, salah satu kaki jembatan itu digunakan sebagai tiang ukur memantau ketinggian air untuk mewaspdai banjir saat musim penghujan, khususnya bagi kepentingan warga Jakarta.

2 Gereja Immanuel

Gereja Immanuel berada di Jalan Pemuda, Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok. Gereja ini sudah diketahui banyak orang khusunya di Depok bahkan di Belanda.
Karena gereja ini dibangun sejak jaman Belanda pada tahun 1713.

Awalnya, gereja pertama di Depok ini dibangun dengan material kayu dan bambu. Namun, karena pelapukan, pada 1792 gereja tersebut direnovasi dan dibangun menggunakan material batu-batuan.

Hingga pada 1834 terjadi gempa berkekuatan besar yang meruntuhkan bangunan gereja. Kemudian pada 1854 gereja ini dibangun kembali. Terakhir, gereja ini dipugar pada tahun 1998 menjadi bergaya artistik dan modern.

Asal muasala berdirinya gereja ini untuk ibadah para 12 keluarga budak yang dimerdekaan Cornelis Chastelein. Karena pada saat itu mereka 12 keluarga setiap beribadah harus ke Jakarta.

Adapun 12 keluarga atau marga itu diantaranya Soedira, Loen, Bacas, Ishak, Leander, Laurens, Jonathans, Tholense, Samuel, Joseph, Jakob, dan Zadokh.

3. Tugu Cornelis

Masih berdiri kokoh Tugu Cornelis. Tugu itu dibangun pada 28 Juni 1814 tepat 100 tahun setelah kematian Cornelis Chastelein.

Persis di depan Gementeentee Bestuur terdapat Istana Presiden Depok. Sampai hari ini istana tersebut masih kokoh berdiri, yakni rumah tua di Jalan Pemuda No. 11 RT 04/08 Kelurahan Depok Kecamatan Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat.

Selain itu, Depok memiliki struktur pemerintahannya sendiri yakni Vergaderingen, Commissarissen, dan Bestuur, yang dipimpin oleh presiden dengan masa jabatan tiga tahun.

Setelah itu dilakukan pemilihan umum untuk menentukan siapa presiden Depok berikutnya berdasarkan suara terbanyak. Untuk menjalankan tugasnya, presiden Depok dibantu oleh sekreteris, bendahara, dan beberapa petugas.

Hingga saat ini, sejarah membuktikan bahwa Depok hanya memiliki lima presiden saja selama masa kejayaannya.

Salah satu presiden yang masih dikenang dan dapat ditunjukkan bukti keberadaannya adalah Jahonnes Matheis Jonathan, yang merupakan Presiden ke-5 sekaligus presiden terakhir di Depok pada zaman sebelum kemerdekaan Indonesia.

4. Stasiun Depok atau Stasiun Depok Lama

Stasiun Depok merupakan stasiun kereta rel listrik yang terletak di Jalan Stasiun, Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok.

Stasiun yang kerap disebut Stasiun Depok Lama (Stadela) ini merupakan salah satu stasiun tertua di wilayah Jabodetabek.

Stasiun ini berada antara jalur kereta api Batavia (Jakarta)-Buitenzorg (Bogor). Stasiun Depok ini dibangun pada masa kemerdekaan.

Sebelum stasiun ini dibangun, penggunaan kareta rel listrik (KRL) antara Beos (Stasiun Kota)-Buitenzorg sudah dioperasikan sejak tahun 1930.

Pada waktu itu, KRL Batavia-Buitenzorg merupakan sistem angkutan umum massal pertama yang ramah lingkungan dan merupakan sistem transportasi paling maju di Asia.

Sementara itu, Stasiun Bogor yang terletak di Kota Bogor dibangun pada tahun 1881 seiring dengan selesainya dibangun lintas Batavia–Buitenzorg sepanjang 59 Km pada tahun 1880. Sedangkan Stasiun Beos (Stasiun Kota) di Batavia dibangun pada tahun 1870.

5. Mesjid Jami’ Unwanus Sa’adah

Salah satu masjid tertua yang berlokasi di Kampung Lio RT.02 RW20 Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas.

Pada awalnya tidak bernama. Pada tahun 1968 KH. Abu Bakar bin H. Godzali memberikan nama Unwanus Sa’adah. Bermula masjid itu adalah sebuah langgar yang letaknya di atas tanah keluarga pak Soelaiman secara turun temurun”.

Sejak kapan langgar itu didirikan? Tidak ada yang bisa menjelaskan dengan pasti.

Menurut pak Soelaiman yang lahir pada tahun 1905, berdasarkan keterangan orang-orang tetua yang disampaikan secara turun temurun langgar tersebut sudah ada sebelum gereja besar (Imanuel) di jalan Pemuda ada (dibangun).

Jadi langgar itu dibangun sekitar tahun 1800-an atau sebelumnya. Hal ini tidaklah luar biasa karena lokasinya berdekatan dengan Padepokan Mbah Beji yang berdiri sekitar 1683 – 1903.

Kampung-kampung di sekitar padepokan biasanya pengaruh agama Islam-nya kuat. Sekitar tahun 1900-an langgar tersebut dipindahkan ke lokasi sekarang tempat berdirinya masjid yang oleh bapak Kiwil seorang ulama dari Banten di atas tanahnya sendiri. Tahun pendirian masjid tersebut di atas memang tidak pasti. Tetapi sekedar bahan banding, disampaikan keterangan dari buku “Jejak Langkah Islam Di Depok” oleh Djamhur dkk, yang diterbitkan MUI Depok.

Terdapat beberapa kesaksian, As’ad, masjid Unwanus Sa’adah dipugar untuk yang pertama kalinya (1935 – 1937). Dinding masjid yang asalnya terbuat dari bambu diganti dengan batu bata setengah badan (semi permanen).

Fondasinya juga terbuat dari batu bata, semua bata dan genting dibuat di Kampung Lio Depok. Dan pada tahun 1950 – 1952 masjid jami’ Unwanus Sa’adah dipugar untuk kali kedua. Pada pemugaran kali kedua ini masjid dibangun permanen.

Fondasinya terbuat dari batu bata, pilar-pilarnya juga terbuat dari batu bata, begitu pula dindingnya. Batu bata dan gentingnya masih produksi Lio Depok. Bentuk masjid lebih menyerupai rumah dari pada bentuk mes- jid pada umumnya. Bentuk masjid itu menggunakan jure, terdapat jendela seukuran jendela rumah, pintunya tidak terlalu besar.

6. Rumah Pitung / Rumah Kapiten Cina

Ada yang menyebut bahwa rumah tersebut adalah rumah singgah Pitung, jawara dan pahlawan Betawi. Ada pula yang menyebutnya sebagai Rumah Kapiten Cina, karena berada di kawasan pecinan Depok yaitu Pondok Cina. Sisa bangunan peninggalan bersejarah ini berada di dalam area perbelanjaan Margo City yang berada di Jalan Margonda, Pondok Cina, Depok. Sekarang bangunan tersebut dijadikan sebuah cafe diluar bangunan utama Margo City.

7. Masjid Jami Riyadussolihin

Masjid yang terletak di Kampung Cikambangan, Kelurahan Kalimulya, Kecamatan Cilodong ini adalah masjid tertua yang ada di Depok. Dari bentuk fisik bangunan, masjid ini tidak memiliki kubah sebagaimana masjid-masjid saat ini.

Konon masjid ini dibangun oleh Sunan Kalijaga saat melakukan penyebaran agama Islam di Depok. Ada juga yang memperkirakan bahwa masjid ini sudah ada sejak jaman Kerajaan Muara Beres periode tahun 1567-1579. Masyarakat setempat mengenal masjid ini dengan nama Masjid Jublegan.

8. Tugu Batu Sawangan

Tugu yang dibuat pada tahun 1979 dan lokasinya berada di Jalan Muchtar Sawangan ini merupakan simbol untuk mengingat perjuangan masyarakat sekitar bersama TKR melawan tentara Nica Belanda yang coba memasuki wilayah Sawangan pada tahun 1949.

9. Tugu Gong Bolong

Tugu yang terletak di perempatan Jalan Tanah Baru ini di atas tugu terdapat sebuah replika Gong Bolong. Replika tersebut diambil dari cerita legenda masyaraka Tanah Baru mengenai Gong Bolong yang konon pada masa lalu di daerah Curug Agung, Tanah Baru sering terdengar bunyi-bunyian musik yang berasal dari gamelan. Setelah ditemukan, ternyata bunyi dari gamelan tersebut tidak ada yang memainkan.

Ketika seorang tokoh ingin mengangkat seluruh perangkat gamelan tersebut namun tidak sanggup dilakukan sendirian dan hanya gong bolong dan alat pukulnya, gendang serta bende yang mampu diangkatnya. Setelah kembali ingin mengangkat perangkat gamelan lainnya, ternyata telah raib atau hilang.

Kontributor : Supriyadi

Load More