SuaraBogor.id - Sejarah Istana Bogor. Kini Istana Bogor ditempati presiden sebagai rumah dinas. Di Indonesia terdapat enam istana kepresidenan yang salah satunya terdapat di Bogor.dan digunakan sebagai kediaman keluarga presiden.
Tapi pernahkah kamu bertanya-tanya mengapa istana presiden ini di bangun di Bogor? Ternyata hal ini memiliki sejarah yang cukup panjang. Berikut ini adalah penjelasannya.
Awal Berdirinya Istana Presiden
Dikutip dari STT Bandung, Istana presiden yang terletak di Bogor, tidaklah dibuat setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, melainkan pada zaman kolonial yang dikenal dengan nama Paleis Buitenzorg.
Pada zaman dulu menjadi kediaman resmi dari 38 Gubernur Jenderal Belanda dan satu orang Jenderal Inggris.
Istana Bogor didirikan pada bulan Agustus 1744 oleh Gustaaf Willem Baron Van Imhoff yang dibuat dengan tujuan dibangun sebagai rumah peristirahatan saja.
Desain dari istana presiden ini terinspirasi dari kediaman Duke Malborough di Inggris.
Banyak sekali pembangunan untuk melengkapi kebutuhan masyarakat atau penyediaan fasilitas publik seperti tempat peribadatan, salah satunya adalah gereja Zebaoth yang berada dalam satu kompleks dengan istana beserta rumah sakit pada tahun 1802.
Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels (1808-1811), ditambahkan dua bangunan baru pada sisi kiri dan kanan yang mengapit gedung utama, dan diubah bangunannya menjadi dua lantai.
Baca Juga: Biaya Cat Merah Pesawat Kepresidenan Diperkirakan Rp 2 Miliar
Pada tahun 1811 Daendels mendatangkan enam pasang rusa totol dari perbatasan India - Nepal, yang kini menjadi ikon dari Istana Kepresidenan Bogor.
Pembangunan terus dilakukan hingga masa pemerintahan Gubernur Jenderal Sir Thomas Stamford Raffles, besarnya minat sang Jenderal pada bidang botani, maka halaman belakang istana dikembangkan menjadi kebun botani yang sangat luas yang dikenal dengan nama Lands Plantentuin Buitenzorg meniru model Kew Garden di Inggris dan diresmikan pada 18 Mei 1817 oleh C.G.C Reinwardt, guru besar dan direktur urusan pertanian, kerajinan dan ilmu Hindia Belanda.
Pada tahun 1817-1826 di era kepemimpinan Gubernur Jenderal Baron Van der Capellen tahun 1817-1826, ditambahkan pembangunan menara berbentuk dome yang berfungsi untuk tempat mengibarkan bendera Belanda serta memantau keamanan di sekeliling istana.
Jenderal terakhir yang menghuni istana ini adalah Gubernur Jenderal Alidius Warmoldus Lambertus Tjarda van Starkenborgh-Stachouwer dan beralih menjadi markas tentara Jepang, bahkan Jepang memanfaatkan ruang bawah tanah untuk memenjarakan orang-orang Belanda.
Bentuk dari istana Bogor dari masa kepemimpinan satu jenderal ke jenderal lainnya selalu mengalami perubahan, perubahan ini juga berlandaskan faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan bangunan seperti pemberontakan akibat kekecewaan masyarakat Banten yang mengakibatkan beberapa kerusakan pada bangunan, disusul juga dengan adanya gempa bumi besar yang mengguncang daerah tersebut sehingga bentuk bangunan yang mulanya bertingkat kini hanya dijadikan satu lantai saja dengan bentuk bangunan terakhir seperti yang kita lihat saat ini.
Pada 1950, setelah masa kemerdekaan istana kepresidenan mulai dipakai oleh pemerintah Indonesia dan resmi dibentuk menjadi noda satu dari Istana Presiden Indonesia.
Berita Terkait
-
Momen Hangat Prabowo dan Ratu Maxima dalam Diplomasi Ekonomi di Jakarta
-
Dari New York ke Istana Jakarta: Michael Bloomberg Temui Prabowo dan Bos Danantara, Bahas Apa?
-
Istana Pastikan Patuhi Putusan MK, Polisi Aktif di Jabatan Sipil Wajib Mundur
-
Prabowo Lantik Komite Reformasi Polri, Sejumlah Tokoh hingga Eks Kapolri Masuk Tim
-
Soeharto Jadi Pahlawan Nasional? Istana: Namanya Sudah Diusulkan, Tunggu Keputusan Presiden
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
Terkini
-
Aksi Nyata BRI untuk Korban Bencana Alam di Tiga Provinsi Pulau Sumatra, dari Logistik Hingga Posko
-
BRI Perkuat Tata Kelola dan Akselerasi Kinerja Tahun 2026
-
Kinerja Solid, BRI Bagikan Dividen Interim 2025
-
Warga Harapanjaya Dapat Banpang, Ketua IPSM Cibinong: Jangan Terlena Bansos, Harus Bangkit
-
Lebih dari 40 Titik Terdampak Bencana di Sumatra Dapat Sentuhan BRI Peduli