SuaraBogor.id - Mural bukan sekedar coret-coret tembok. Tapi lebih dari itu, mural adalah karya seni yang penuh makna.
Ketua Komunitas Mural Depok, Awenk menyebut, aspirasi masyarakat juga termasuk makna yang biasa terkandung dalam sebuah karya mural.
Hal ini disampaikan Awenk, dalam rangka menanggapi mural "Tuhan Aku Lapar" yang sempat terpampang di Jalan Raya Kartini, Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok.
"Itu bentuk keresahan aja sih, karena tulisan bernada kritik seperti itu sebelum nya viral. Jadi pada ikutan," kata Awenk kepada SuaraBogor.id, Senin (30/8/3021).
Baca Juga: Menolak Tambang Quarry, Seniman Mural Aksi di Desa Wadas Purworejo
Menurutnya, ini bukan kali pertama mural dijadikan sarana menyampaikan keresahan publik.
"Dari dulu juga ada kok. Kebanyakan dalam bentuk tulisan, cuma nggak terdeteksi aja," imbuhnya.
Awenk juga tidak bisa menerima alasan Satpol PP Depok menghapus mural "Tuhan Aku Lapar".
"Kalau alasan dihapusnya karena keindahan, masih banyak coretan-coretan yang jelas kurang indah. Mulai dari trowongan UI sampai di Jalan Raya Kartininya juga ada. Kenapa ngga sekalian dihapus?," tukasnya.
Dia menduga, ada alasan lain disamping faktor keindahan yang mendasari penghapusan mural "Tuhan Aku Lapar".
Baca Juga: Lokasi SIM Keliling Kota Depok Senin 30 Agustus 2021
"Coba kalo kritiknya dibikin lebih berkonsep. Misalnya, tulisan yang sama "Tuhan Aku Lapar" tapi dengan background pemandangan atau font tulisan nya berwarna warni. Pasti tetep di hapus," canda Awenk.
Awenk berharap, pejabat publik lebih terbuka dalam menerima kritik. Hendaknya melihat substansi kritim yang disampaikan, bukan sekedar sarana penyampaiannya.
"Terlepas dari siapa dan apa jabatan yang jelas, harusnya kritikan dalam bentuk apapun bisa jadi motivasi agar lebih baik kedepan nya, bukan malah di tindak si pengeritiknya," tegas Awenk.
Diberitakan sebelumnya, mural bernada kritik terpampang di salah satu sisi Jalan Kartini, Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas.
"Tuhan aku lapar. Kita hidup dimana mural dianggap kriminal dan korupsi dianggap budaya. Terus dibatasi, tapi tak diberi nasi," demikian kritik yang disampaikan oleh mural tersebut.
Hanya bertahan 5 hari, mural tersebut dihapus oleh Satpol PP bersama petugas dari kepolisian dan TNI.
- 1
- 2
Berita Terkait
-
Art Jakarta Gardens 2025 Hadirkan Pengalaman Seni Unik di Tengah Alam
-
Dedi Mulyadi Minta Wali Kota Depok Minta Maaf, Buntut Bolehkan Mobil Dinas untuk Mudik
-
Bolehkan ASN Mudik Pakai Mobil Dinas, Wali Kota Depok Bisa Dijerat UU Tipikor?
-
Izinkan Mobil Dinas untuk Mudik, Wali Kota Depok Bisa Diperiksa dalam Kasus Korupsi
-
Blunder Izinkan Mudik Pakai Mobil Dinas, Dedi Mulyadi Panggil Wali Kota Depok 8 April
Terpopuler
- 3 HP Murah RAM 12 GB dan Memori 256 GB Terbaik Mei 2025
- Yamaha Scorpio Z Terlahir Kembali: Harga Mulai Rp30 Juta, Mesin Seirit Supra X 125
- Dirumorkan Jadi WNI, Pemain Keturunan Indonesia Berbandrol Rp596 M Dibajak Belanda
- 5 Rekomendasi Sunscreen untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Kulit Tetap Sehat dan Terlindungi
- Pengamat Bola Internasional Blak-blakan Kualitas Mees Hilgers di Belanda: Bek Bagus tapi Dia...
Pilihan
-
Kakang Rudianto dan Malik Risaldi Cetak Sejarah di Hadapan Bruno Fernandes
-
Mees Hilgers Lempar Senyum Kawanua Saat Tiba di TC Timnas Indonesia
-
Google News Showcase Resmi Hadir di Indonesia
-
9 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Layar AMOLED Terbaik Mei 2025, Terang di Bawah Terik Matahari
-
Ray Dalio Diisukan Mundur dari Danantara, Ekonom Bocorkan Ada Masalah Serius
Terkini
-
Siap-siap Liburan Panjang! Ada 3 Link Dana Kaget Spesial Malam Ini
-
Rumah Aman Bak Hotel Bintang 5 Hadir di Bogor: Gratis untuk Korban KDRT dan Kekerasan Anak
-
Peluang Emas! Lulusan BLK Bogor Bakal Kerja di Jepang
-
Rekomendasi Merek Lipstik Untuk Ombre Viral Harga di Bawah Rp 100 Ribu
-
5 Link Saldo DANA Kaget untuk Kamu! Bagikan Kebahagiaan Lewat Klik Digital