Scroll untuk membaca artikel
Andi Ahmad S
Selasa, 31 Agustus 2021 | 17:42 WIB
Cabai yang identik dengan rasa pedas (Pexels/Artem Beliaikin).

SuaraBogor.id - Harga cabai di Depok turun. Penurunan itu terjadi di sejumlah pasar Depok. Tak tanggung-tanggung, penurunan harga mencapai 300 persen atau 3 kali lebih murah dari awal.

Pantauan SuaraBogor.id harga cabai di pasar tradisional, Pasar Agung dan Pasar Musi, Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok mengalami penurunan cukup drastis.

Diketahui, harga cabai merah per hari Selasa (31/8/2021) berkisar Rp18-20 ribu per kilo. Padahal normalnya mencapai Rp50-60 ribu perkilo.

petani cabai di Gunungkidul merugi akibat harganya jatuh

Penjual bumbu di Pasar Agung, Zahroni menyebut, penurunan harga yang drastis terjadi dalam seminggu terakhir.

Baca Juga: Harga Cabai Rawit Anjlok Lebih dari 70 Persen, Ini Penyebabnya

Dia memastikan penurunan harga juga terjadi di tempat lain. Sebab, kata Zahroni, dari Pasar Induk Kramatjati pun harga sudah murah.

"Kita beli di pasar induk saja 8-10 ribu sekarang. Katanya, dari petani cuma 3 ribu," ungkapnya.

Pedagang cabai merah di Pasar Induk Pasir Hayam Cianjur [Suarabogor.id/Fauzi Noviandi]

Menurut Zahroni, penurunan harga terjadi karena cabai yang banyak dari petani tidak diiringi dengan daya beli masyarakat.

"Biasanya, kalau banyak yang nyari kan harganya mahal. Ini barangnya banjir (banyak), tapi yang beli sedikit. Ya harganya hancur," terangnya.

Menurut Dia, pasar memang sepi beberapa minggu terakhir.

Baca Juga: Revisi PP 109 Disebut Bakal Membuat Petani Tembakau Sengsara

Pendapatannya pun sampai berkurang separuh, karena rumah-rumah makan yang jadi langganannya mengurangi porsi belanja.

"Orang pada malas jualan karena PPKM. Awalnya tidak boleh jualan. Begitu boleh, tidak bisa makan di tempat. Sekarang, bisa makan di tempat tapi harus selesai 20 menit," tukasnya.

Hal senada juga disampaikan Torehah, penjual sayur di Pasar Musi.

"Dari yang biasanya sehari bisa kejual 5kg sehari, jadi 5kg tiga hari," bebernya.

Dia berharap, pandemi segera berakhir agar kondisi dapat kembali normal.

"Kalau dikita aja segini, kasian banget petaninya," pungkas Torehah.

Kontributor : Immawan Zulkarnain

Load More