Galih Prasetyo
Kamis, 03 Maret 2022 | 15:00 WIB
Pengamat politik Faisal Basri [YouTube]

SuaraBogor.id - Ekonom dan pengamat politik, Faisal Basri menolak wacana penundaan pemilu 2024. Menurut Faisal Basri, indikator rakyat menghendaki Jokowi perpanjang jabatan Presiden Indonesia tidak jelas.

Ditegaskan oleh Faisal Basri, bahwa selama pemerintahan Jokowi, tidak ada prestasi signifikan yang mampu diraih.

“Alasan rakyat yang menghendaki, ukurannya apa? Rentan rekayasa tentu kami tahu,” ungkap Faisal Basri, mengutip dari Terkini.id--jaringan Suara.com, Kamis (3/3).

Dari sisi ekonomi, kata Faisal Basri bahwa inflasi di Indonesia memang melambat pada era Presiden Jokowi. Namun, pertumbuhan ekonomi justru melambat.

“Makin lama Jokowi berkuasa, makin tercecer ekonomi,” tambah Faisal.

Faisal juga menuturkan bahwa deindustrialisasi terus berlangsung, padahal industri ialah ujung tombak bagi penguatan kelas menengah.

Oligarki kian mencengkram dan diiringi pelemahan pemberantasan korupsi dan demokrasi meredup,” tegas Faisal Basri.

Sementara itu, mantan sekretaris Kementerian BUMN, Muhammad Said Didu juga mempertanyakan aktor intelektual wacana tersebut.

Lewat akun Twitter miliknya, Said Didu kemudian memberikan kode siapa aktor intelektual dari wacana penundaan pemilu 2024.

Baca Juga: Survei LSI; Mayoritas Publik Tidak Setuju Masa Jabatan Presiden Jokowi Diperpanjang, Meski Kinerjanya Bagus

“Aktor intelektualnya kok ga dibuka?,” tulis Said Didu.

Sementara itu, Partai Gerindra juga menolak penundaan pemilu 2024. Sikap penolakan Gerindra menyusul lima partai yang sudah lebih dulu menolak usulan penundaan pemilu 2024.

Kelima partai itu yakni PDI Perjuangan, Partai Nasional Demokrat, Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera, dan Partai Persatuan Pembangunan.

Load More