SuaraBogor.id - Sudah jatuh tertimpa tangga, mungkin menjadi pribahasa yang tepat bagi pedagang sapi asal Bima, karena tidak boleh pulang membawa sapi yang tidak laku di jual di Jabodetabek.
Perayaan Idul Adha 1444 H sudah selesai, namun karena daya beli masyarakat yang rendah membuat ribuan sapi asal Bima di Jabodetabek tidak laku terjual.
Menurut Ketua Asosiasi Pedagang dan Peternak Sapi Bima, Furkan Sangiang masalah baru timbul lantaran Pemerintah Provinsi NTB malah tidak mengijinkan sapi yang tidak laku untuk dibawa kembali pulang.
Belum lagi masa penyewaan lahan yang sudah habis sehingga membuat pedagang sapi asal Bima kebingungan. Karena, untuk tetap bertahan akan mengakibatkan pembengkakan biaya operasional, sehingga membuat para pedagang dan peternak kesulitan untuk bertahan hidup.
“Para pemilik lahan sudah memberikan ultimatum. Beberapa pedagang yang sudah habis masa sewanya terpaksa memindahkan sapi mereka ke kandang yang lainnya. Dan itu sudah pasti mengeluarkan biaya,” kata Furkan Sangiang, Minggu (2/7/2023)
Menurut Furkan penolakan Pemprov NTB, karena dikhawatirkan sapi yang kembali ke NTB akan membawa penyakit.
“Kami meminta kebijaksanaan Gubernur NTB. Jika kami dilarang untuk pulang, beri kami kepastian dan jalan. Sejauhmana kami akan berada disini dan siapa yang akan segera menyerap sapi-sapi ini. Mohon berikan kemudahan,” pintanya.
Furkan Sangiang mengatakan Kementrian Pertanian sampai turun tangan dalam menangani permasalahan sapi ini. Pihaknya telah mengadakan rapat melalui zoom meeting pada Senin, 1 Juli 2023.
Hasilnya, Ribuan sapi tersebut dapat dipulangkan dengan catatan telah mendapatkan vaksin dan karantina selama 28 hari.
Baca Juga: Panik Ada Kaesang? Wali Kota Depok Larang Pasang Atribut Politik Berupa Baliho hingga Spanduk
Namun menurutnya, hasil rapat yang melibatkan Kementerian Pertanian malah akan memberatkan para pedagang dan peternak. Karena jika harus menetap di Jabodetabek dalam kurun waktu 28 hari akan memerlukan biaya yang sangat besar.
Sehingga untuk meringankan beban para pedagang dan peternak sapi, pihaknya meminta untuk diberikan alternatif lain, agar sapi bisa dipulangkan. Jika sudah sampai di NTB sapi bisa dikumpulkan dalam satu tempat, dan dilakukan karantina selama 40 hari agar masa inkubasi virus berjalan maksimal.
“Kami tidak menyalahkan siapapun, intinya kami hanya ingin pulang,” tandasnya.
Hingga saat ini belum ada kejelasan dari Pemerintah NTB. Beberapa pedagang dan peternak nekat pulang karena kehabisan biaya untuk bertahan hidup. Kebanyakan yang pulang terpaksa banting harga untuk ongkos memulangkan sapi-sapi mereka.
Kontributor: Rubiakto
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
Pilihan
-
BBM RI Dituding Mahal Dibandingkan Malaysia, Menkeu Purbaya Bongkar Harga Jual Pertamina
-
Menkeu Purbaya Punya Utang Rp55 Triliun, Janji Lunas Oktober
-
Ngeri Tapi Nagih! Ini Lho Alasan Psikologis Kenapa Kita Doyan Banget Nonton Film Horor
-
Daftar 46 Taipan yang Disebut Borong Patriot Bond Danantara, Mulai Salim, Boy Thohir hingga Aguan
-
Pilih Gabung Klub Antah Berantah, Persis Solo Kena Tipu Eks Gelandang Persib?
Terkini
-
'Perang' Dedi Mulyadi Lawan Raksasa Tambang di Bogor: Korban Jiwa dan Infrastruktur Harga Mati
-
Perintah Keras Dedi Mulyadi: Bersihkan Got, Masa Depan Paris Van Java di Ujung Sumbatan Drainase
-
Tutup Tambang di Bogor, Dedi Mulyadi Tantang Balik: Kenapa Dulu 115 Orang Meninggal Tak Ada Demo?
-
Siapa Abdullah Fikri Muzaki? Sosok Energi Baru yang Gegerkan Pemuda Kemang
-
Rahasia Hati Anak yang Melembut, Ini 5 Elemen Penting dalam Bacaan Doa Agar Anak Nurut