SuaraBogor.id - Arus lalu lintas di sepanjang Jalan Raya Dramaga, mulai dari wilayah Ciampea hingga Cibungbulang, Kabupaten Bogor, mengalami kemacetan parah pada Kamis malam (26/6), bertepatan dengan malam 1 Muharram 1447 H atau malam Jumat.
Kemacetan disebabkan oleh ribuan warga yang mengikuti pawai obor di Desa Cibadak, Kecamatan Ciampea, dalam rangka memperingati Tahun Baru Islam 2025.
Kegiatan yang berlangsung sejak pukul 19.00 WIB ini membuat kendaraan dari arah Bogor menuju Leuwiliang maupun sebaliknya tersendat hingga beberapa kilometer.
Pantauan Suarabogor.id, ribuan warga dari 38 RT se-Desa Cibadak memadati jalan utama. Mereka berjalan beriringan membawa obor, menampilkan seni budaya berupa dongdang bernuansa islami, serta mengenakan busana khas daerah yang mencerminkan semangat spiritual dan kebersamaan umat Islam.
Peserta pawai terdiri dari pelajar, santri, anggota ormas Islam, tokoh masyarakat, hingga warga umum dari berbagai kalangan. Di sepanjang rute pawai, masyarakat turut menyemarakkan acara dengan lantunan shalawat dan doa bersama.
Meski sempat menimbulkan kepadatan lalu lintas, kegiatan berlangsung tertib dengan pengamanan dari aparat kepolisian, TNI, serta relawan desa.
Malam 1 Suro: Sakralitas Tahun Baru Jawa dalam Bayang Hijrah
Di tengah gegap gempita dunia yang biasa merayakan pergantian tahun dengan pesta dan kembang api, malam 1 Suro justru disambut dengan keheningan dan perenungan oleh masyarakat Jawa.
Malam 1 Suro, yang jatuh bersamaan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriah, merupakan momen spiritual yang mengajak manusia menengok ke dalam diri dan menyelaraskan hubungan dengan alam semesta serta Sang Pencipta.
Baca Juga: Drama Penggerebekan Prostitusi Online di Cibinong: Kekasih Tolak Pasangannya Diamankan
Tradisi ini berakar pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma dari Kerajaan Mataram Islam abad ke-17.
Ia menciptakan Kalender Jawa-Islam dengan menyelaraskan kalender Saka warisan Hindu-Buddha dengan sistem penanggalan Hijriah. Maka lahirlah bulan Suro — pelafalan Jawa untuk Muharram — sebagai awal tahun dalam sistem kalender baru yang penuh nilai filosofis dan budaya.
Alih-alih meniru tradisi Islam dari Timur Tengah, masyarakat Jawa merayakan Suro dengan laku prihatin, tirakat, dan ritual budaya khas lokal. Ini adalah bukti sinkretisme budaya yang cerdas — menyatukan Islam dengan kearifan tradisional tanpa menghilangkan esensi keduanya.
Berita Terkait
-
Drama Penggerebekan Prostitusi Online di Cibinong: Kekasih Tolak Pasangannya Diamankan
-
Minum Susu pada 1 Muharram, Apa Makna Spiritualnya?
-
30 Ucapan Selamat Tahun Baru Islam 1447 H Penuh Makna dan Doa Harapan
-
Jangan Lewatkan! Panduan Lengkap Amalan Sunah Sambut Tahun Baru Islam
-
Klaim Saldo DANA Kaget Ratusan Ribu Rupiah Sekarang, Cuan Langsung Masuk Dompet Digitalmu
Terpopuler
- 4 Mobil Bekas dengan Sunroof Mulai 30 Jutaan, Kabin Luas Nyaman buat Keluarga
- 6 Mobil Bekas untuk Pemula atau Pasangan Muda, Praktis dan Serba Hemat
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 5 Mobil Bekas 3 Baris 50 Jutaan dengan Suspensi Empuk, Nyaman Bawa Keluarga
- 5 Motor Jadul Bermesin Awet, Harga Murah Mulai 1 Jutaan: Super Irit Bensin, Idola Penggemar Retro
Pilihan
-
Bencana Sumatera 2025 Tekan Ekonomi Nasional, Biaya Pemulihan Melonjak Puluhan Triliun Rupiah
-
John Herdman Dikontrak PSSI 4 Tahun
-
Bukan Sekadar Tenda: Menanti Ruang Aman bagi Perempuan di Pengungsian
-
4 Rekomendasi HP Xiaomi Murah, RAM Besar Memori Jumbo untuk Pengguna Aktif
-
Cek di Sini Jadwal Lengkap Pengumuman BI-Rate Tahun 2026
Terkini
-
Gus Miftah Bakal Guncang Pakansari Besok, Kaum Sarungan Bogor Wajib Merapat!
-
Pesan Mendalam Prof. Mukri Aji untuk Pengurus MUI: Berpegang Teguh pada Agama Allah
-
Doa Akhir Tahun di Masjid Raya Pakansari Rangkul PKL hingga Bawa Pesan Toleransi Natal
-
Siap Tampung Ribuan Jamaah, Masjid Nurul Wathon Gelar Doa Bersama Lintas Tokoh Besok!
-
Nilainya Capai Rp4,7 Triliun, Jalan Puncak II Siap Dibangun Mulai 2026