3. Terjadi di Zona Milik Kota Bogor
Meskipun secara geografis TPAS Galuga berada di wilayah Kabupaten Bogor, lokasi longsor berada di zona 5, yang merupakan area penanganan sampah milik Pemerintah Kota Bogor. Hal ini dikonfirmasi oleh Teuku Mulya.
"Infonya longsor cuman itu di wilayah penanganan Kota Bogor. Penanganannya di Kota Bogor," katanya.
Insiden ini menyoroti kompleksnya pengelolaan sampah lintas wilayah, di mana koordinasi dan tanggung jawab bersama menjadi kunci untuk mencegah bencana.
4. Sistem Open Dumping Metode Usang yang Berbahaya
Tragedi ini kembali menelanjangi sistem pengelolaan sampah di Galuga yang masih menggunakan metode open dumping.
Artinya, sampah hanya diangkut dan ditumpuk begitu saja di lahan terbuka. Metode primitif ini sangat berbahaya karena:
Tidak Stabil: Tumpukan sampah tidak memiliki struktur yang kuat dan sangat rentan longsor, terutama saat musim hujan.
Mencemari Lingkungan: Menghasilkan gas metana (penyebab bau dan mudah terbakar) serta lindi (cairan beracun) yang meresap ke tanah dan sumber air.
Baca Juga: TPAS Galuga Longsor: Operator Alat Berat Tewas Tertimbun, Darurat Sampah Bogor di Depan Mata
Risiko Kesehatan: Menjadi sarang penyakit bagi warga dan pekerja di sekitar TPA.
5. Alarm Darurat dan Janji Penataan Ulang
Kejadian ini menjadi alarm paling keras bagi Pemkab dan Pemkot Bogor. Sebenarnya, wacana untuk menata ulang TPAS Galuga sudah ada.
Pemkab Bogor bahkan telah menganggarkan Rp 25 miliar untuk mengubah sistem menjadi sanitary landfill dengan metode terasering.
Metode sanitary landfill jauh lebih aman, di mana sampah dipadatkan dan ditutup dengan lapisan tanah setiap hari untuk mengurangi risiko longsor dan pencemaran.
Namun, tragedi maut ini menunjukkan bahwa rencana tersebut harus dieksekusi secepat kilat. Penundaan berarti memperpanjang risiko bencana serupa di masa depan.
Sebagai buntut dari kejadian ini, Pemkab Bogor untuk sementara waktu menampung sampah dari Kota Bogor untuk memberi ruang bagi proses evakuasi dan penanganan lokasi longsor.
Berita Terkait
-
TPAS Galuga Longsor: Operator Alat Berat Tewas Tertimbun, Darurat Sampah Bogor di Depan Mata
-
Kisah di Balik Penjemputan Bendera Pusaka dari Malasari, Ibu Kota Darurat Bogor
-
Bogor Dikepung Bencana Banjir, Longsor dan Angin Kencang: Lebih dari 2.000 Jiwa Terdampak
-
RPJMD Kota Bogor 2025-2029 Disetujui, Dedie Rachim Ungkap Arah Pembangunan hingga 4 Pilar Misi
-
Bangun 3.000 Rutilahu, Pemkab Bogor Anggarkan Rp20 Juta per Rumah
Terpopuler
- Usai Jokowi, Kini Dokter Tifa Ungkit Ijazah SMA Gibran: Cuma Punya Surat Setara SMK?
- Belanja Seru di BFF Festival 2025, Tiket Hemat 30% via BRImo
- Cari Bedak Murah yang Mengandung SPF? Cek 5 Rekomendasinya, Mulai Rp20 Ribuan
- 4 Rekomendasi Moisturizer Vitamin C untuk Wajah Cerah Bebas Flek Hitam, Harga Terjangkau
- Jay Idzes Pakai Jam Tangan Rolex dari Prabowo saat Teken Kontrak Sassuolo
Pilihan
-
Dua Raksasa Properti Jepang Kajima & Mitsubishi Dikabarkan Incar Saham Diamond Citra Propertindo
-
Penonton Kecewa! Kelme Telat Kirim, Persib Main Laga Penting Tanpa Jersey Anyar
-
Momen Kapal Tentara China Hancurkan Sekutu Sendiri saat Kejar Pasukan Filipina
-
9 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Memori Besar Terupdate Agustus 2025
-
9 Rekomendasi HP RAM 12 GB Memori 512 GB Termurah Agustus 2025
Terkini
-
Tega! Bayi Baru Lahir Ditemukan di Semak-semak Bogor, Terbungkus 3 Lapis Plastik di Tengah Hujan
-
5 Fakta di Balik Tragedi Longsor Maut TPAS Galuga Bogor
-
TPAS Galuga Longsor: Operator Alat Berat Tewas Tertimbun, Darurat Sampah Bogor di Depan Mata
-
Kisah di Balik Penjemputan Bendera Pusaka dari Malasari, Ibu Kota Darurat Bogor
-
Bogor Dikepung Bencana Banjir, Longsor dan Angin Kencang: Lebih dari 2.000 Jiwa Terdampak