Penularan COVID-19 Terhadap Guru dan Siswa Masih Tinggi

Ketua Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof. Zubairi Djoerban mengatakan, jika risiko penularan COVID-19 terhadap guru dan siswa masih tinggi.

Andi Ahmad S
Kamis, 08 April 2021 | 08:10 WIB
Penularan COVID-19 Terhadap Guru dan Siswa Masih Tinggi
Sekolah Tatap Muka (Suara.com/Stephanus Aranditio)

SuaraBogor.id - Salah satu siswa di SMA Bogor terkonfirmasi positif COVID-19. Hal itu dibenarkan Kepala Seksi Pengawasan Kantor Cabang Dinas (KCD) Wilayah 1 Kabupaten Bogor Ridwan Mujani.

Menanggapi hal itu, Ketua Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof. Zubairi Djoerban mengatakan, jika risiko penularan COVID-19 terhadap guru dan siswa masih tinggi.

Hal ini menyusul angka positivity rate (tingkat penularan) COVID-19 di Indonesia masih di atas 10 persen, ini angka ini masih sangat berbahaya.

Bukan hanya pada anak sekolah sangat rentan protokol dilanggar, atau karena guru yang merasa tidak nyaman saat mengajar menggunakan masker maupun face shield, tapi yang perlu diingat jika virus SARS CoV 2 penyebab COVID-19 bisa menyebar lewat udara atau airborne.

Baca Juga:Antre Berjubel, Vaksinasi Guru di Batam Abaikan Protokol Kesehatan

"Bahwa sebagian penularan karena masker dicopot, itu benar. Tapi yang terpenting kalau virus ini airborne, bisa menyebar melalui udara seluruh kelas," ungkap Prof. Zubairi.

Risiko protokol kesehatan rentan dilanggar saat sekolah ini, semakin diperparah karena situasi pandemi COVID-19 yang belum terkendali, sehingga tidak tepat untuk kembali membuka sekolah tatap muka, meskipun hanya uji coba.

Dokter yang akrab disapa Prof. Beri itu juga menerangkan, situasi dikatakan aman dan sekolah bisa dibuka jika positivity rate di bawah 5 persen.

"Perilaku anak memang ada kecenderungan melanggar protokol. Lalu kalau nggak melanggar, jadi nggak apa-apa?. Tetap tidak, nggak melanggar nggak apa-apa kalau positivity rate kurang dari 5 persen," terangnya.

Lebih lanjut Profesor Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) saat tidak setuju dengan anggapan bahwa anak tidak berisiko tertular COVID-19. Hal ini karena banyak kasus anak yang ditemukan meninggal karena COVID-19.

Baca Juga:Profil Angelina Sondakh: Mualaf, Terjerat Korupsi, Kini Jadi Guru Ngaji

"Tidak benar jika anak aman, karena anak Indonesia yang meninggal karena COVID-19 banyak, itu yang menurut saya tidak tepat untuk buka (sekolah) saat ini," pungkas Prof. Zubairi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini