Hal sama dirasakan Asep Somantri (45) warga Desa Sindangasih, Kecamatan Karangtengah, anaknya saat ini kelas 9 SMP Negeri terpaksa harus diantar ke tulang jahit.
“Saya nggak sanggup beli, untung saja masih bisa dipanjangin seragamnya di tukang jahit,” katanya.
Gina maupun Asep mewakili semua kesulitan orangtua murid menjeang PTM, terutama untuk mengatasi batik sekolah yang hanya dijual di sekolah, tidak dikual di toko.
Mereka berharap pihak sekolah membuat kebijakan pada saat PTM, sehingga murid tidak diwajibkan memakai batik dari sekolah. Pasalnya, selain kesulitan uang, batik khusus sekolah juga tidak dijual secara umum.
Baca Juga:Depok Belajar Tatap Muka Bulan Depan, Maksimal 20 Siswa Per Kelas