Kesaksian Pelaku Sejarah di Depok Soal PKI

Sebab, peristiwa G30S PKI ini menewaskan para jenderal dan satu perwira TNI AD. Tentunya, hal itu tidak bisa dilupakan oleh bangsa Indonesia.

Andi Ahmad S
Kamis, 30 September 2021 | 14:13 WIB
Kesaksian Pelaku Sejarah di Depok Soal PKI
Film G30SPKI [Youtube]
Aktor Terlibat Film G30S PKI
Aktor Terlibat Film G30S PKI

“Mudik itu selatan. Makanya agak salah kaprah kalau sekarang mudik itu dibilang pulang ke kampung,” sambung Baba.

Jangankan anak muda yang nongkrong di Café, pasar rakyat yang kini ramai setiap hari hanya buka 2 kali seminggu pada masa itu.

Pasar yang lengkap menjual kebutuhan sehari-hari masyarakat buka setiap Selasa dan Kamis, mulai pukul 05.00 WIB atau habis subuh sampai pukul 10.00 WIB.

Salah satu pasar di masa itu yang masih ada sampai saat ini adalah pasar di Jalan Dewi Sartika, Kecamatan Pancoran Mas.

Baca Juga:Cerita Detik-detik Letnan MT Haryono Dibunuh saat G30SPKI, dari Mimpi Ditusuk Tombak

Dulu hanya ada satu toko yang agak lengkap dan buka setiap hari di Pasar Dewi Sartika, yaitu Toko Pa Thung. Toko Pa Thung yang dulu sangat terkenal, milik seorang keturunan Tionghoa Bernama Pa Thung.

“Jadi masyarakat yang ingin belanja di hari selain Selasa dan Kamis, hanya bisa membeli kebutuhan sebatas yang disediakan Toko Pa Thung,”

Baba memastikan, tidak ada aksi kejam khas pemberontak yang dilakukan anggota PKI di Depok.

Tidak ada juga aktivitas mereka yang membuat warga takut, apalagi sampai mengancam keselamatan mereka, seperti yang diberitakan media massa.

Sejauh yang Baba tahu, PKI hanya sebuah partai politik (parpol) yang aktif menggalang dukungan dari masyarakat. Bahkan, PKI termasuk salah satu partai yang berkuasa kala itu.

Baca Juga:Tanah dan Bangunan Terpidana Korupsi Proyek Hambalang di Jakarta Dilelang KPK

Karena masuk dalam lingkaran pemerintahan, keributan yang membawa nama PKI biasanya sebatas beda pendapat antara PKI dengan parpol lain seperti Masyumi, Partai Nasional Indonesia (PNI) atau Partai Nahdatul Ulama (NU).

Potret Vergadering antara dua kompetitor politik yaitu, Sarekat Islam dengan Partai Komunis Indonesia. Foto ini diambil sekitar tahun 1921-1925. [HR Online/Ist]
Potret Vergadering antara dua kompetitor politik yaitu, Sarekat Islam dengan Partai Komunis Indonesia. Foto ini diambil sekitar tahun 1921-1925. [HR Online/Ist]

Bukannya membantai, PKI justru dikenal loyal dalam urusan merawat dukungan masyarakat. Mereka rutin membagikan sembako seperti gula, terigu dan beras untuk konstituennya.

"Kalau kata info yang beredar, kan katanya PKI melakukan pembantaian terus berlawanan dengan ajaran agama. Mungkin itu di daerah lain, di sini gak ada itu,” kenang Baba.

Ketimbang PKI, warga Depok di masa itu justru lebih takut pada gerombolan preman bekas pejuang kemerdekaan.

Mereka memeras dan merebut paksa uang dan hewan peliharaan warga.

Preman ini terdiri dari masyarakat pribumi yang ikut berperang melawan penjajah, tapi tidak mau dan atau tidak bisa bergabung dengan Tentara Keaman Rakyat (TKR).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini