Direktur Riset IPS Sebut Presiden Jokowi Perankan Luhut Binsar Sebagai 'Kartu Joker'

Menanggapi hal itu, Direktur Riset Indonesian Presidential Studies (IPS) Arman Salam menilai, bahwa Luhut layaknya dalam permaian kartu ada kartu sakti yang disebut 'Joker'.

Andi Ahmad S
Selasa, 19 April 2022 | 21:11 WIB
Direktur Riset IPS Sebut Presiden Jokowi Perankan Luhut Binsar Sebagai 'Kartu Joker'
Potret Luhut Binsar Pandjaitan (Instagram/@luhut.pandjaitan)

SuaraBogor.id - Banyak yang bertanya-tanya kenapa Presiden Joko Widodo selalu menunjuk Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam peran penting di kepemerintahan.

Menanggapi hal itu, Direktur Riset Indonesian Presidential Studies (IPS) Arman Salam menilai, bahwa Luhut layaknya dalam permaian kartu ada kartu sakti yang disebut 'Joker'.

Kartu Joker kata Arman sapaan akrabnya akan dikeluarkan pemain sebagai kartu andalan menyelesaikan semua kendala dalam permainan kartu tersebut.

"Presiden nampak sekali sangat mengandalkan menteri tersebut, dia adalah Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Suara.com, Selasa (19/4/2022).

Baca Juga:Luhut Binsar Pandjaitan Dilaporkan ke Polda Sulawesi Tenggara Karena Pernyataan di Podcast Deddy Corbuzier

Sebenarnya, bukan hal yang tidak boleh atas apa yang dilakukan presiden. Namun kata Arman Salam, banyak orang bertanya sesungguhnya apa kelebihan menteri tersebut, apa prestasi fenomenal yang sudah dibuat dan benarkah semua urusan akan selesai jika dibawah komando atau perintahnya.

"Lantas dimana peran menteri yang lain atau peran wakil presiden yang mungkin saja jauh lebih tepat dibandingkan peran Joker ini," tanya Arman.

"Jika ditelaah satu persatu sebenarnya belum ada prestasi yang spektakuler dari pak 'Joker' ini semua tergolong biasa," tambahnya.

Terkait penurunan angka Covi-19, dia menganggap kerja pak 'Joker' nampak nya tidak adil juga, karena itu adalah kerja kolektif bahkan peran dan kesadaran masyarakat yang paling dominan berkontribusi atas penurunan angka tersebut.

"Dari sisi tupoksi menteri joker ini pun biasa saja masalah kemaritiman dan investasi belum nampak adanya kemajuan yang luar biasa, kekuatan maritim kita masih biasa, belum termaksimalkannya potensi maritim indonesia menjadi indikatornya," jelasnya.

Baca Juga:10 Fakta Soal Densus 88 Klaim NII Ingin Gulingkan Pemerintah Bermodal Golok

Sebut saja Batam yang jauh tertinggal dari Singapura ini menandakan lemahnya manajemen kemaritiman di negara Indonesia.

"Secara geografis yang sama sama berada pada selat malaka dan potensi lain sebenarnya batam jauh lebih berpotensi.
Dari sisi investasi pun sama, belum adanya skema yang efektif dalam rangka menyiapkan wadah supaya potensi investasi dari luar akibat perang di eropa bisa masuk dengan cepat dan mudahpun belum terpenuhi," jelasnya.

Mengatur dan menyiapkan pemerintahan yang handal dan prima untuk negara besar kata Arman seperti Indonesia, tentunya membutuhkan sumber daya yang banyak dan hebat.
"Indonesia memiliki ribuan bahkan jutaan orang hebat terlebih Indonesia akan dan sedang mengalami bonus demografi, banyak anak muda yang hebat dan cekatan yang bisa dilibatkan dalam membangun bangsa, pemikirannyapun akan jauh lebih kreatif dan produktif," cetusnya.

"Kalau kita hanya mengandalkan pada orang yang itu itu saja maka tim itu itu saja juga yang akan dilibatkan pada banyak urusan dalam banyak lembaga atau badan yang menjadi bagian tugasnya, logikanya gerbong yang dibawa oleh pak Joker ya itu saja, bisa jadi dalam satu kasus orang atau tim mumpuni namun dibidang yang lain tidak menguasai," sambungnya.

Dia berharap Presiden Jokowi tidak perlu takut dan risau jika menunjuk orang atau tim lain untuk kasus lain, karena presiden kepala pemerintahan.

"Jangan takut digulingkan oleh musuh politik jika tidak ada joker dibanyak bidang, karena banyak sekali orang pandai dan hebat di indonesia. Semakin banyak orang dengan banyak tanggung jawab dan spesialisasinya maka semakin efektif kerja dengan pertanggungjawaban yang lebih rinci terukur dan optimal," bebernya lagi.

Sebuah istilah dalam ilmu administrasi 'the right man on the right place' adalah sebuah sistem yang teruji dalam menghasilkan target atau output secara efektif dan efisien.

"Jangan sampai salah menempatkan orang karena faktor like or dislike berdampak buruk pada kinerja dan hanya menunggu kehancurannya," tukasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini