Dibalik Kemeriahan Hari Jadi Cianjur ke-345, Ada Cerita Miris dari Mak Idah

Namun, dibalik kemeriahan acara yang digelar Pemkab Cianjur tersebut berbanding terbalik dengan kondisi keluarga Mak Idah

Andi Ahmad S
Selasa, 05 Juli 2022 | 21:02 WIB
Dibalik Kemeriahan Hari Jadi Cianjur ke-345, Ada Cerita Miris dari Mak Idah
Mak Idah (52) saat menyiapkan kayu bakar untuk memasak [Fauzi/Suara.com]

SuaraBogor.id - Saat ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cianjur tengah menggelar serangkaian kegiatan acara dalam memeriahkan Hari Jadi Cianjur Ke 345 tahun.

Serangkai acara yang digelar Pemkab Cianjur yang sangat meriah itu diantaranya kegiatan Festival Fashion Show, lomba masak, Memancing hingga lomba memancing tersebut di ikut seluruh pejabat Dinas Pemkab Cianjur. Selasa (5/7/2022).

Namun, dibalik kemeriahan acara yang digelar Pemkab Cianjur tersebut berbanding terbalik dengan kondisi keluarga Mak Idah nenek berusia 52 tahun asal Kampung Pasir Taman RT02/011, Desa Sarampad, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur.

Mak Idah yang tinggal dengan seorang anak dan empat cucunya tersebut tinggal disebuah rumah berukuran 4 X 6 meter persegi dengan dinding anyaman bambu yang sudah tipis.

Baca Juga:Blusukan Iwan Bule ke Wilayah Jabar, Bagi-bagi Jersey Timnas Indonesia di Cianjur

Tidak jarang kondisi Mak Idah dan anaknya Rina (30) serta keempat cucunya tersebut terpaksa tidur berdempetan diruang tamu yang berukuran sekitar 3X2 meter persegi, karena atap rumahnya cobor.

Nenek yang lahir tahun 1970 itu, menjadi janda setelah suaminya meninggal dunia sekitar sembilan tahun lalu. Untuk mencukupi kehidupan sehari-hari Mak Idah dan Rina anak terpaksa bekerja serabutan, seperti membersikan kebun, nemanam benih dengan upah sebesar Rp 20 ribu per hari.

Tidak hanya itu, Mak Idah juga setiap harinya sering membuat Pocis (wadah untuk menanam benih) dan dibantuk anak serta cucu-cucunya. Dari hasil membuat Pocis itu, Mak Idah diberi upah sebesar Rp 300 ribu untuk per seribu bungkus.

Sementara itu Suami Rina anak Mak Idah bekerja sebagai supir angkot di Jakarta, pun tidak sering mengirimkan uang untuk membantu kebutuhan sahari-hari anaknya dan Mak Idah.

"Sehari-hari dari bikin Pocis, paling besar uang yang didapat mencapai sebesar Rp 25 ribu per hari, sering juga tidak memiliki uang untuk makan sehari-hari," ucapnya sambil terharu.

Baca Juga:Pesisir Selatan Cianjur Bakal Dilanda Gelombang Tinggi Mencapai 6 Meter, BMKG: Dapat Mengancam Keselamatan

Bukan hanya atap rumah yang bocor, toilet yang dimiliki Mak Idah pun berada diluar rumahnya, dan beralaskan tanah, tidak hanya itu toiletnya pun hanya ditutupin kain sarung bekas.

Untuk memasak makannan sehari-hari pun Mak Idah terpaksa harus mencari kayu bakar disekitar hutan yang berada didekat rumahnya.

"Jangankan beli buat gas LPG 3 kilogram, untuk beli beras makanan sehari-hari pun susah, jadi untuk masak pakai kayu bakar saja," katanya.

Kontributor : Fauzi Noviandi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini