
Nyai yang mempunyai anak sebanyak tujuh dan cucu 13 itu mengaku kepada Suarabogor.id, merupakan penjaga makam eks Tentara Nazi ke tiga, sebelumnya sempat dijaga kedua orangtuanya.
Ibu Nyai tak tahu pasti mulai diurus kapan pemakaman 10 eks Tentara Nazi oleh bapaknya bernama Aja itu. Namun, ia hanya mengingat saat itu usianya baru dibawah 10 tahun dan ayahnya bekerja di sebuah perkebunan (Lokasi 10 eks Tentara Nazi dikubur).
Namun, ia hanya bisa menaksir sudah puluhan tahun ayahnya bekerja di perkebunan dimulai gajihnya pada saat itu Rp13 ribu hingga Rp500 ribu per bulan, pun juga dipercaya sambil menjaga dan merawat pemakaman tersebut.
2002 saat itu ayahnya meninggal, kemudian diteruskan ibunya yang bernama Emas untuk menjaga sekaligus merawat lokasi pemakaman eks 10 Tentara Nazi. Kemudian, 2013 ibunya kembali meninggal, yang sebelumnya sempat memberikan amanat serta menyerahkan semuanya kepada dirinya untuk diurus sampai detik ini.
Baca Juga:LBH Menilai Keterlibatan Kapuslabfor Dalam Skenario Ferdy Sambo Menambah Buruk Citra Polri
Saat jurnalis Suarabogor.id mencoba meminta penjelasan kenapa sampai ada pemakaman 10 eks Tentara Jerman. Ia tidak bisa menjelaskan secara detai. Tapi, saat diperintahkan untuk menjaga dan merawat pemakaman itu, ia dibekali selembaran tulisan sejarah 10 Tentara Nazi yang gugur oleh Gunther Trieble merupakan Mantan Staf Atase Militer Kedaulatan Jerman Jakarta.
Dari selembaran tulisan yang diperlihatkan kepada jurnalis Suarabogor.id itu berjudul 'Arca Domas Makam Tentara Jerman di Indonesia' ditulis oleh : Gunther Trieble.
Melalui tulisan selembaran itu, Nyai menceritakan asal usul sampai adanya pemakaman 10 Tentara Jerman yang dikubur di sebuah kawasan kaki Gunung Pangrango, Bogor, Jawa Barat tersebut.
"Sebuah cerita mengenai kerajaan yang hilang tentang pohon-pohon keramat, perang yang brutal, kapal-kapal yang tenggelam arwah para pelaut dan tentang makam yang damai di kaki gunung api," tulisan tersebut kata Nyai merupakan awal pembuka dalam sebuah tulisan yang diterimanya itu.
Zaman dahulu kala terdapat sebuah kerajaan di Jawa Barat, dibawah kekuasaan raja-raja dari silsilah Padjajaran yang bersama para brahmananya, memerintahkan rakyat sunda lebih dari 1000 tahun lamanya, berabad-abad lamanya para bangsawan memakamkan para sesepuhnya dibawah pohon keteduhan beringin terletak di kaki Gunung Pangrango.
Baca Juga:Lampu Penerangan Jalan di Kebon Jeruk Mati, Jalanan Mendadak Gelap
Jumlah nisan disana pernah mencapai 800 buah, sehingga makam tersebut diberi nama Arca Domas.