Diduga Jadi Provokator Utama Tragedi Kanjuruhan, Publik: Sekarang Enak Tidur di Rumah Tanpa Memikirkan Korban

Banyak yang menyebutkan, tragedi Kanjuruhan dipicu adanya tembakkan gas air mata ke tribun suporter aremania usai laga berakhir.

Andi Ahmad S
Senin, 03 Oktober 2022 | 12:20 WIB
Diduga Jadi Provokator Utama Tragedi Kanjuruhan, Publik: Sekarang Enak Tidur di Rumah Tanpa Memikirkan Korban
Aparat keamanan menembakkan gas air mata untuk menghalau suporter yang masuk lapangan usai pertandingan sepak bola BRI Liga 1 antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022). [ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto]

"Warganet diharapkan berperan aktif dalam mengedukasi sesama, termasuk ikut melakukan kontrol juga mencermati kesiapan dan kematangan penyelenggara," kata Ida, mengutip dari Antara.

Konten-konten warganet banyak mengkritisi penembakan gas air mata yang tidak sesuai standar FIFA (Federasi Sepak Bola Internasional) hingga penyelenggara yang mengabaikan kapasitas serta waktu main yang diundur.

tangkapan layar video penonton terjebak di pintu keluar Stadion Kanjuruhan. [Instagram]
tangkapan layar video penonton terjebak di pintu keluar Stadion Kanjuruhan. [Instagram]

Tak sedikit juga warganet menyayangkan sikap sebagian kecil suporter yang pada akhir pertandingan justru mengejar pemain klub lainnya setelah klub kesayangannya kalah karena menandakan tidak bisa memahami rivalitas yang sehat.

Dengan adanya konten-konten yang membangun tersebut diharapkan proses evaluasi yang dijanjikan Pemerintah terhadap tragedi Kanjuruhan bisa lebih terarah dan bisa cepat ditemukan titik terangnya.

Baca Juga:Tiga Pihak Ini Harus Bertanggung Jawab Atas Tewasnya Ratusan Orang Dalam Tragedi Kanjuruhan

Meski begitu, warganet diharapkan dapat bijak dalam membagikan konten terkait tragedi Kanjuruhan dengan tidak membagikan konten terkait korban.

Hal itu untuk menjaga agar keluarga dari korban maupun korban tidak berakhir trauma.

"Di era digital, kontrol atau membatasi distribusi informasi tidak mudah, namun selayaknya ada pembelajaran kolektif, bukan salah menyalahkan, atau merasa benar," ujar wanita yang juga Kepala Departemen Sosiologi FISIP UI itu.

Tragedi Kanjuruhan terjadi pada Sabtu (1/10), insiden itu bermula dari kericuhan yang terjadi setelah pertandingan Liga I antara Arema FC melawan Persebaya berakhir dengan skor 2-3.

Kekalahan yang terjadi di kandang Arema itu membuat sejumlah suporter masuk ke dalam area lapangan.

Baca Juga:Pemerintah Janji Segera Beri Santunan Bagi Korban Tragedi Kanjuruhan

Kondisi itu semakin ricuh setelah sejumlah benda-benda seperti flare dan botol minum dilemparkan ke arah lapangan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini