Seperti diketahui, Tesla Inc membeli pasokan bahan baku nikel untuk kebutuhan baterai kendaraan listriknya.
“Kita harus hati-hati dengan Tiongkok, dia ambil nikel dari Sulawesi sebagian untuk ke kita sebagian ke Tiongkok. Tesla saya dengar malah beli dari Tiongkok, nikelnya dari kita. Jadi rada gimana menurut saya kurang etis,” ujar Ridwan Kamil yang merupakan Ketua Asosiasi Daerah Penghasil Migas dan Energi Terbarukan (Adpmet) dikutip dari Jabarnews.com--jejaring Suara.com.
Di kesempatan tersebut, Ridwan Kamil juga menyoroti banyaknya proyek smelter nikel dari investor China di Morowali, Sulawesi. Sebagian besar perusahaan tersebut bergerak dalam bidang pembuatan bahan baku baterai.
Pria yang akrab disapa Kang Emil itu pun meminta pemerintah menggenjot ekosistem industri baterai kendaraan listrik di tanah air.
Baca Juga:Bukan Sembarng Moge, Bobber Rancangan Ridwan Kamil Ini Tak Perlu Antre di SPBU
Seperti diketahui, Tesla telah menandatangani kontrak senilai sekitar US$5 miliar atau setara Rp 74,5 triliun (asumsi kurs Rp 14.901 per dolar AS) untuk membeli bahan baterai dari perusahaan pengolahan nikel China di Sulawesi.