Cerita Heroik SPPG Aceh 'Survival Mode' Ganti Menu Umbi-umbian di Tengah Kepungan Banjir

Di tengah kepungan air bah yang memutus akses logistik, Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di bawah naungan Badan Gizi Nasional (BGN) dipaksa masuk ke dalam survival mode.

Andi Ahmad S
Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:00 WIB
Cerita Heroik SPPG Aceh 'Survival Mode' Ganti Menu Umbi-umbian di Tengah Kepungan Banjir
Para pengelola Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang terdampak banjir di Aceh berinovasi dalam menyajikan menu Makan Bergizi Gratis (MBG) dengan menu lokal. [Dok. BGN]
Baca 10 detik
  • Banjir besar di Aceh menyebabkan kelangkaan bahan baku pangan dan energi, sehingga pengelola SPPG berinovasi mengganti menu menggunakan pangan lokal serta beralih ke briket batu bara demi menjaga keberlangsungan program.

  • Akibat rusaknya infrastruktur listrik dan air bersih, operasional 19 SPPG di Bireun terpaksa terhenti. Kendala logistik ini menghambat distribusi bantuan gizi bagi masyarakat yang terdampak bencana di wilayah tersebut.

  • Selama masa darurat, program Makan Bergizi Gratis dialihkan kepada korban banjir dengan menyalurkan ratusan ribu paket bantuan. SPPG juga berkolaborasi menyediakan kendaraan operasional guna mempercepat proses penanganan pasca bencana.

SuaraBogor.id - Bencana banjir bandang yang meluluhlantakkan wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat pada awal Desember 2025 ini menyisakan cerita perjuangan yang menggetarkan hati.

Di tengah kepungan air bah yang memutus akses logistik, Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di bawah naungan Badan Gizi Nasional (BGN) dipaksa masuk ke dalam survival mode.

Ketika stok beras menipis dan pasokan gas elpiji menghilang dari pasaran, para pejuang gizi ini tidak menyerah. Mereka memutar otak, menggali kearifan lokal demi memastikan asap dapur tetap mengepul untuk warga terdampak.

Kepala Regional SPPG BGN Aceh, Mustafa Kamal, tak kuasa menahan kesedihannya melihat kondisi di lapangan. Kelangkaan bahan pokok menjadi pukulan telak.

Baca Juga:Banyumas Paling Lambat, Nanik Sudaryati Ancam Tutup SPPG yang Membandel

Namun, ia mendorong para pengelola SPPG untuk berkreasi memanfaatkan apa yang disediakan oleh alam sekitar.

“Kami sedang berupaya untuk mengganti menu dengan menu lokal karena bahan pangan untuk SPPG-SPPG ini mengalami kelangkaan,” ungkap Kamal, Rabu pagi (3/12/2025).

Nasi yang biasa menjadi menu utama kini mulai digantikan dengan sumber karbohidrat lain yang lebih mudah didapat di kebun warga, seperti umbi-umbian, jagung, dan kacang-kacangan. Untuk protein, mereka mengandalkan tahu, tempe, serta ikan air tawar hasil budidaya kolam warga yang melimpah di wilayah Aceh Barat, Bireun, dan Pidie.

“Bahan makanan lokal ini tersedia di wilayah Aceh Barat, Bireun, dan Pidie,” tambahnya optimis.

Masalah tidak berhenti pada bahan makanan. Energi untuk memasak pun krisis. Estimasi pemulihan pasokan gas membutuhkan waktu 1 hingga 2 bulan. Tidak mau menunggu lama, SPPG berkolaborasi dengan Dinas ESDM Aceh untuk beralih ke energi alternatif Briket Batu Bara.

Baca Juga:BGN Ancam Suspend SPPG yang Tak Kantongi Sertifikat Laik Higiene dalam Satu Bulan

“Kemarin kami sudah bertemu ESDM Aceh yang menawarkan briket batu bara,” kata Kamal. Langkah ini menjadi bukti adaptabilitas tim di lapangan dalam menghadapi situasi ekstrem.

Dampak terparah dirasakan di Kabupaten Bireun. Laporan Tim Deputi Pemantauan dan Pengawasan (Tauwas) BGN menyebutkan bahwa 19 SPPG terpaksa berhenti beroperasi total karena ketiadaan air bersih dan listrik yang tidak stabil.

“Penyebab utama karena di wilayah Kabupaten Bireun telah terjadi kelangkaan bahan baku, gas, air bersih dan listrik,” bunyi laporan tim yang dipimpin Letjen TNI (Purn.) Dadang Hendrayuda.

Namun, sebelum lumpuh total, 21 SPPG di Bireun sempat melakukan aksi heroik. Karena sekolah diliburkan, sasaran program Makan Bergizi Gratis (MBG) dialihkan dari siswa ke masyarakat korban bencana.

Data penyaluran bantuan di Bireun sangat fantastis sebelum operasional terhenti:

  • 26 November: 62.826 paket.
  • 27 November: 30.261 paket.
  • 28 November: 37.180 paket.
  • 29 November: 38.668 paket.

“Sementara pada 29 November 2025 dikirimkan 38.668 paket bantuan,” rinci Mustafa Kamal.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak