Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Selasa, 15 Desember 2020 | 11:59 WIB
Rocky Gerung Blak-blakan Pernah Caci Maki FPI (YouTube/Refly Harun).

SuaraBogor.id - Pengamat Politik Rocky Gerung mencurigai polisi mengaburkan peristiwa Laskar FPI ditembak mati di Tol Jakarta-Cikampek beberapa waktu lalu. Rocky Gerung pun yakin masyarakat juga menaruh curiga soal itu.

Sebelumnya Bareskrim Polri melakukan rekonstruksi penembakan laskar FPI. kata dia belakangan menimbulkan polemik perbedaan informasi.

Rocky menyebut jika hasil rekonstruksi penembakan FPI yang berbeda dengan pernyataan Polda Metro Jaya terkait peristiwa penembakan laskar FPI, sudah dinilai lebih dulu oleh masyarakat akan adanya kejanggalan informasi yang disampaikan kepada public.

Kondisi perbedaan informasi terkait rekonstruksi penembakan FPI, menurut Rocky malah menimbulkan ketidakpercayaan public terhadap informasi resmi yang diberikan Polisi di awal peristiwa penembakan tersebut terjadi.

Baca Juga: Masih Diperiksa, Ketum FPI dan Panglima Laskar Dicecar 60 Lebih Pertanyaan

Rekonstruksi laskar FPI (Kolase foto/Suara.com/Tio/ANTARA)

Sehingga yang timbul justru masyarakat bertanya terhadap peristiwa tersebut bukan untuk mencari informasi kebenaran namun pertanyaan yang sifatnya mencurigai.

Wajar jika hal tersebut terjadi, dimana masyarakat saat ini mulai menggunakan konstruksi kecurigaan dari setiap informasi yang berkembang terhadap peristiwa penembakkan yang terjadi di KM 50 jalan tol Jakarta Cikampek.

“Sejak awal pengaburan peristiwa sudah bisa terbaca di masyarakat, hingga menimbulkan kecurigaan yang berujung trust public terhadap pernyataan polisi,” ungkap Rocky Gerung.

Karena sejak awal masyarakat sudah mendapatkan informasi resmi dari kepolisian, namun dalam informasi tersebut, masyarakat juga sudah bisa menilai ada lompatan peristiwa yang janggal dan justru menjadi kecurigaan dengan informasi yang diberikan kepolisian khususnya Polda Metro.

Dengan kondisi tersebut, tugas polisi akan semakin berat, karena sudah tidak adanya kepercayaan masyarakat terhadap informasi yang diberikan.

Baca Juga: Refly Harun Pertanyakan Apa Tujuan Polisi Menguntit Habib Rizieq

Meski rekonstruksi dilakukan untuk memberikan gambaran atas peristiwa yang sebenarnya terjadi dan menjadi langkah Polri meluruskan terkait berbagai perkembangan informasi yang beredar di masyarakat saat ini.

Polisi melakukan reka ulang penembakan 6 Laskar FPI, Senin (14/11/2020) [Foto: Antara]

“Rekonstruksi merupakan langkah Polri untuk meluruskan peristiwa informasi, namun sejak awal trust public justru sudah terjadi sehingga akan menjadi tugas yang berat bagi polisi untuk bisa kembali meyakinkan masyarakat,” jelas Rocky Gerung seperti dilansir Hops dari Youtube channel Rocky Gerung Official.

Sumber informasi masyarakat saat ini selain dari media sosial, peran media yang ada saat ini masih menjadi rujukan bagi perkembangan informasi di masyarakat.

Namun dalam konteks penyebaran informasi terkait peristiwa penembakan, polisi justru membuat jurnalis berdosa.

Tugas seorang jurnalis yang awalnya mulai menyampaikan informasi terhadap berbabgai peristiwa namun dibuat menyampaikan informasi yang tidak sesuai khususnya dalam peristiwa penembakan di jalan tol Jakarta Cikampek.

Dalam konteks ini, Rocky Gerung menilai jurnalis kebagian dosa tak lepas dari pernyataan resmi yang diberikan Polisi saat peristiwa namun diperkirakan ada lompatan kejadian yang tidak dijelaskan dalam memberikan keterangan resmi kepada jurnalis.

Rekonstruksi pertama bentrok laskar FPI vs Polisi di Tol Japek, Senin (14/12/2020) dini hari WIB. (Suara.com/Tio)

Kondisi inilah yang justru membuat jurnalis juga kehilangan kepercayaan atas pernyataan yang dilontarkan kepolisia dalam setiap konferensi pers yang dilakukan.

Bahkan jurnalis yang diundang menghadiri pers conference terkait peristiwa penembakan, pasti berfikiri ini apalagi yang ingin diterangkan. Tugas jurnalis memberikan informasi berimbang atau cover both side justru informasi yang di dapat side nya tidak berimbang.

"Wartawan yang tidak berdosa pasti berfikir ada informasi yang dipenggal sehingga membuat wartawan tak berdosa menjadi berdosa karena memberikan informasi yang tidak sesuai dengan fakta karena ada penggalan peristiwa yang tidak utuh dalam peristiwa,” pungkasnya.

Load More