Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Jum'at, 26 Februari 2021 | 17:59 WIB
Dua orang gamers main bareng game Mobile Legend di Jakarta, Minggu (31/5). [Suara.com/Alfian Winanto]

SuaraBogor.id - Seorang siswa SMP Subang meninggal dunia karena kecanduan game online. Nama anak itu adalah Raden Tri Sakti, berusia 12 tahun.

Raden Tri Sakti mengalami gangguan syaraf. Raden Tri Sakti siswa SMP kelas 1 asal Desa Salam Jaya, Pabuaran, Subang.

Raden Tri Sakti meninggal dunia dengan diagnosa mengalami gangguan syaraf.

Pihak keluarga menyebut penyakit yang dideritanya dikabarkan karena kecanduan bermain game online di telepon seluler.

Baca Juga: Pria Misterius Bercelurit Todong Bocah yang Asik Mabar Game Online

Raden Tri Sakti meninggal tiga hari lalu, Selasa (23/2/2021) pukul 23.00 WIB, di RS Siloam Purwakarta.
Endang, paman Raden Tri Sakti menceritakan keponakannya pada awal tahun mengeluahkan sakit kepala, bahkan tangan dan kakinya susah digerakkan.
"Jadi begitu kejadian pertamanya lemes, badannya lemes semua," kata Endang usai melihat kembali makam keponakannya Jumat (26/2/2021).

Akhirnya pada 15 Januari, keluarga membawanya ke RS terdekat namun tidak mampu, sehingga dibawa ke RS Siloam.

"Begitu di Siloam ternyata kata dokter itu radiasi handphone jadi kena saraf, jadi sampai lumpuh," ujar Endang.

Endang mengaku Raden Tri Sakti dirawat hingga 16 hari di RS, namun kondisinya tak kunjung membaik.

Akhirnya keluarga memutuskan membawanya pulang.

Baca Juga: PNS Pemkab Aceh Barat Akan Disanksi Jika Bermain Game Online

"Pada tanggal 20 Februari dibawa lagi ke rumah sakit, selang tiga hari atau tanggal 23 meninggal dunia pada pukul 23.00. penyakitnya itu gangguan syaraf," kata Endang.

Raden Tri Sakti selama ini selalu bermain game online seharian, ditambah dengan sekolah jarak jauh yang otomatis selalu memegang handphone.

"Jadi anak itu tadinya sering main HP game online siang malam, tidur subuh pukul 03.00 WIB. Trus kerap mengigau kaya lagi bermain game," ujar Endang.

Soal sejak kapan Raden Tri Sakti mulai suka main game online, Endang mengaku tidak mengetahuinya. Sementara itu orangtua Raden hingga kini masih berduka, sehingga tak bisa melalukan wawancara.

Sementara itu Kepala Desa Salam Jaya Ujang Sucipto membenarkan korban meninggal gegara kecanduan game online.

"Saya turut prihatin dan menghimbau kepada masyarakat agar selzlu memperhatikan dan memantau perubahan perilaku terutama pada anak-anak. Ini pelajaran sangat penting bagi kita semua," ungkap Ujang Sucipto.

Saat dikonfirmasi kepada pihak rumah sakit yang merawat korban, mereka tidak berkenan untuk mengungkap hasil diagnosa pasien karena bersifat rahasia.

Peristiwa memilukan ini dikomentari Ketua IDI cabang Kabupaten Purwakarta dr Susilo Atmojo.

Menurutnya seorang anak masuk kategori kecanduan bermain game jika si anak sudah berubah perilaku baik dalam kehidupan sehari-hari, bersosial maupun aktivitas rutin yang harus dikerjakan, namun memilih bermain game.

Soal radiasi handphone yang ramai dibicarakan penyebab penyakit syaraf Raden, dr Susilo membantahnya.

Menurutnya radiasi handphone tidak ada hubungannya dengan penyakit syaraf. Dia menegaska jika anak kecanduan bermain game akan berbahaya pada psikologis anak.

"Pada tahun 2018 WHO pernah menyampaikan tentang adiksi terhadap game atau gaming addiction, apa pengaruhnya kepada anak-anak terutama yaitu dari sisi psikologis," ujarnya saat ditemui ketika memantau pelaksanaan vaksinasi di Gedong Sigrong Purwakarta, Jumat (26/02/2021).

Susilo juga menyebutkan akan bahaya terutama pada anak-anak kecanduan bermain game.

"Yang pertama kalau secara fisik, kalau main game anak itu kurang gerak itu bisa berpengaruh terhadap pertumbuhan dari otot maupun tulang anak tersebut, tapi yang lebih besar itu adalah psikologis ya dia akan mengalami disorientasi, bagaimana pembelajaran dia sehingga akan berpengaruh terhadap masa depan anak tersebut," jelasnya.

Load More