Scroll untuk membaca artikel
Andi Ahmad S
Selasa, 06 April 2021 | 09:24 WIB
Neno Warisman.[Youtube/Bang Edy Channel]

SuaraBogor.id - Teror bom di Indonesia hingga saat ini masih meresahkan masyarakat. Seperti baru-baru ini terjadi aksi terorisme di Gereja Katedral Makassar dan Mabes Polri.

Kekinian, Neno Warisman juga turut berkomentar terkait terorisme yang terjadi di Indonesia.

Menurutnya, terorisme itu ibaratnya adalah tarian sihir.

Dilansir dari Terkini.id -jaringan Suara.com, Neno Warisman mengatakan bahwa pembahasan soal terorisme itu ibaratnya adalah tanaman.

Baca Juga: Nekat Serang Mabes Polri, Teman Bongkar Kelakuan Zakiah Aini Saat Kuliah

“Umpama tanaman, kan ada tanaman itu yang beracun yah. Terus kalau kita ikut nyiramin tanaman itu, berarti kita ikut dong membesarkan tanaman racun itu. Begitulah pembicaraan ini, jika tidak kita mampu untuk mengantisipasi. Paling enggak kita nggak ikut makan tanaman beracun itu atau kita terkena durinya yang sangat pedih," katanya dalam sebuah video yang diunggah Cyber TV pada Senin, 5 April 2021.

Neno lalu mengatakan bahwa pembicaraan mengenai terorisme itu bukan tanaman mereka.

Dia mengklaim tidak pernah menemukan satupun orangtua yang mengajarkan anaknya soal aksi teror.

"Nah, pembicaraan terorisme ini yah, menurut hemat saya, bukan tanaman kita. Bukan tanaman kita dan bukan kita yang menanam, bukan keluarga-keluarga kita. Tidak satupun dari keluarga yang saya temui, beratus-ratus ribu jumlahnya, satu pasang orangtua yang mengajarkan kepada anaknya tentang sikap-sikap teror, ndak ada," katanya.

Neno lantas mempertanyakan siapa sebenarnya yang menanam tanaman itu. Menurutnya, ada 'peniup seruling' yang membuat tanaman itu menari-nari dan menjadi sihir.

Baca Juga: Al Chaidar: Terlihat Pemerintah Terobsesi Sebut FPI Sebagai Teroris

Tarian sihir itu Neno ibaratkan sebagai terorisme. Ia memperingatkan untuk tidak terkena sihir itu.

“Jadi ini tanaman siapa? Nah kalau begitu, kalau tanaman itu sekarang menjadi kelihatan keluar dari humus tanah, dia membesar, kemudian ada siapa? Ada peniup seruling yang membuat dia menjadi melenggok-lenggok tanaman itu, kemudian apa? Dia menjadi sihir, dia menari-nari kemudian semua orang ikut mengikuti tariannya. Itu tarian sihir. Inilah terorisme itu adalah tarian sihir. Yang kita nggak boleh kena sihirnya tentu saja, kan,” katanya.

Dalam pembicaraannya, Neno lantas menyinggung pemerintah yang menurutnya jarang mau mendengar rakyat.

Menurutnya, negara itu ibaratkan rumah, di mana pemerintah adalah orang tua dan rakyat adalah anak.

“Jadi saya lebih mengatakan bahwa kalau pemerintah gitu yah, mau melihat kepada rumah keluarga kecil saja: ada orang tua, ada anak. Itulah pemerintah itu orang tua, bapak, ayah. Pemerintah itu ayah, rakyat itu anak," ungkapnya.

Neno memberi contoh kisah Nabi Ibrahim yang mendapatkan mimpi perintah untuk menyembeli anaknya.

“Ibrahim a.s mendapat mimpi hebat, mimpi besar harus menyembeli, lalu apakah Ibrahim langsung menyembeli, kan nggak. Dia bertanya karena dia percaya bahwa anaknya, walapun kecil, 10tahun, tapi dia udah punya pendapat sendiri. Ditanya, ‘bagaimana menurutmu, wahai Ismail, kalau..’ Sekarang kita rindu Pemerintah yang nanya," ujar Neno.

Ia melanjutkan bahwa pemerintah sekarang beberapa kali mengambil keputusan tanpa bertanya ke masyarakat dulu.

"Mau bikin ini nggak nanya, mau impor segala macam yah berjuta-juta ton beras nggak nanya ama petani. ‘Petani lagi apa? Lagi sedih, lagi hama, udah gini nggak bisa,'" katanya.

Menurutnya, sikal pemerintah yang seperti itu adalah salah satu bentuk kejahatan.

"Dan itu sebuah kajahatan juga, yah?" tanya Haikal Hassan.

“Kejahatan itu," balas Neno.

Load More