Scroll untuk membaca artikel
Andi Ahmad S
Senin, 02 Agustus 2021 | 09:45 WIB
Pasangan suami istri Rahman (60) dan Iin (40) warga Kampung Sukamukti Desa Cimenteng, Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur, kini harus hidup menyedihkan karena membiayi bekerja di luar negeri. (Ayobandung.com/Muhammad Ikhsan)

SuaraBogor.id - Miris, mungkin kata itu tepat ditunjukkan kepada pasangan suami istri atau Pasutri asal Cianjur. Kehidupannya berubah setelah sang suami bekerja di luar negeri.

Pasangan suami istri asal Cianjur itu yakni Rahman (60) dan Iin (40) warga Kampung Sukamukti, Desa Cimenteng, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, kini harus hidup menyedihkan karena membiayi bekerja di luar negeri.

Betapa tidak, Rahman dan istrinya harus tinggal di rumah gubuk bambu beserta lima anaknya yang masih kecil-kecil. Sehari makan, sehari kadang harus puasa.

Awalnya Rahman sekeluarga hidup sedehana, rumah permanen dan tidak pernah kekurangan memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Baca Juga: Catat! Nekat Pungli Bansos di Cianjur, Polisi: Kami Akan Tindak Tegas Secara Hukum

Namun, rumah dan lahan kebunnya dijual untuk membiaya suaminya bekerja di luar negeri. Berharap pulang membawa uang, ternyata tidak menghasilkan apa-apa.

Iin mengatakan, sudah dua tahun menempati rumah gubuk bambu tersebut. Dinding bilik bambu, atap yang sudah rapuh dan berlubang memaksa tidak bisa tidur seandainya hujan turun di malam hari.

“Sudah dua tahun tinggal di rumah ini, karena uang habis dipakai bapaknya biaya untuk bekerja di luar negeri,” tuturnya,” kata Iin disitat dari Ayobandung.com -jaringan Suara.com, Senin (2/8/2021).

Selain kondisi rumah dan kebutuhan sehari-hari yang sulit, Iin mengaku merasa bersalah dan sedih dengan kondisi anak-anaknya yang masih sekolah.

“Kalau lihat anak saya belajar hanya bisa di siang hari, kalau malam nggak bisa kan tidak ada listrik. Itupun di luat rumah pakai alas karung, kan di dalam sempit,” tuturnya.

Baca Juga: Disnakertrans Catat Ada 17 TKW Asal Cianjur Yang Bermasalah

Iin selama ini tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah, baik itu program PKH, BLT, BPNN maupun yang lainnya.

“Saya berharap ada bantuan dari pemerintah, selama ini hanya mendengat dari tetangga saja kalau pemerintah suka memberikan uang, beras dan lainnya,” keluhnya.

Sementar itu, Kades Desa Cimenteng, A Haris Suryadi, membenatkan jika keluarga Rahman tinggal digubuk di atas tanah milik perusahaan swasta.

“Kalau nggak salah sudah setahun lebih tinggal disitu, kondisinya memang memperihatinkan,” kata Haris.

Pemerintah tidak tinggal diam, bahkan rumah bambu itu hasil gotong warga atas inisiatif desa dan warga. Bahkan, saat ini sudah diajukan pembangunan rumah ke Dinas Sosial.

“Kita bergerak membantu keluarga itu, bahkan terakhir kita kasih bantuan Bantuan Langsung Tunai dari Dana Desa, program lainnya segera akan diajukan,” tandasnya.

Load More