Kawedanan merupakan wilayah administrasi di bawah kabupaten dan di atas kecamatan yang dipimpin oleh seorang Wedana, orang kepercayaan Bupati.
Kondisi tata ruang Depok waktu itu pun jauh berbeda dengan sekarang. Belum ada Jalan Raya Margonda, Masjid Kubah Emas Dian A Mahri, Mall Margo City, Taman Lembah Gurame ataupun alun-alun.
Belum belum ada juga ojek online, mobil dan motor, apalagi macet.
Depok di masa G30SPKI masih dipenuhi hutan dan rawa. Setiap desa, hanya memiliki 8 sampai 10 rumah. Jarak antar rumah bisa mencapai 400-600 meter.
Menurut Data Referensi Kementerian Pendidikan, kini Depok punya 1.132 sekolah setingkat SD, SMP, SMA dan SMK.
Namun di masa G30SPKI, jumlah sekolah di Depok masih terhitung dengan jari. Itu pun hanya mampu dijangkau oleh masyarakat dari kalangan ekonomi menengah ke atas.
Jumlah sekolah yang sedikit, berdampak pada tingginya tingkat buta huruf di masyarakat Depok waktu itu. Tetapi, buta huruf yang dimaksud terbatas pada aksara latin. Sementara literasi masyarakat tentang huruf arab, jauh lebih baik.
“Orang-orang tua sampai kakek-nenek Baba itu bisa ngaji, tapi gabisa baca,” ungkap Baba.
Aksara latin memang belum bisa diterima sepenuhnya oleh warga Depok, terutama yang bersuku Betawi di masa itu. Pasalnya, aksara latin identik dengan penjajah yang lama menyengsarakan hidup mereka.
Baca Juga: Bejat! Mau Gagahi Istri Orang, Oknum Petugas Keamanan di Bogor Ditangkap
“Jadi bencinya sampe ke situ-situ (huruf latin),” imbuh Baba.
Mayoritas masyarakat Depok saat itu bertani, lalu sebagian lainnya berdagang ke daerah Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Karena berdagang ke wilayah di arah Selatan, penduduk yang pulang berdagang biasa disebut pulang mudik. Sebaliknya, penduduk yang berangkat berdagang disebut milir.
“Mudik itu selatan. Makanya agak salah kaprah kalau sekarang mudik itu dibilang pulang ke kampung,” sambung Baba.
Jangankan anak muda yang nongkrong di Café, pasar rakyat yang kini ramai setiap hari hanya buka 2 kali seminggu pada masa itu.
Pasar yang lengkap menjual kebutuhan sehari-hari masyarakat buka setiap Selasa dan Kamis, mulai pukul 05.00 WIB atau habis subuh sampai pukul 10.00 WIB.
Tag
Berita Terkait
-
Terjerat Utang Pinjol, Perempuan di Depok Nekat Karang Kisah Begal hingga Bikin Geger Warga
-
6 Perumahan Subsidi Murah di Depok, Harga Mulai 140 Jutaan
-
Keluarga Mpok Alpa Kaget! Suami Mendiang Ajukan Hak Wali Anak Tanpa Izin?
-
Potret Pilu Pendidikan di Bogor, Kakak Adik di Parung Bertukar Seragam Demi Sekolah
-
Kilas Balik Hari Palang Merah Indonesia 17 September, Sejarahnya Sejak 1945
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Sentilan Keras Eva Marthiana untuk Pengurus dan Kader PKK Bogor: Jaga Ucapan, Jangan Arogan
-
Gelombang Kecaman Publik dan Pertanyaan untuk Pemerintah Soal MBG
-
Kisah Haru dari Citeureup Bogor yang Mengguncang Panggung Internasional
-
Wabup Bogor Ajak ASN Teladani Rasulullah: Kunci Peningkatan Pelayanan dan Soliditas Daerah
-
Ultimatum Menkeu Purbaya: Bank BUMN Diguyur Rp200 T, Dilarang Cuma Santai-santai Beli Obligasi