Scroll untuk membaca artikel
Andi Ahmad S
Kamis, 30 September 2021 | 06:35 WIB
Pelaku Sejarah di Depok Baba Haji Entong Sueb [Suarabogor.id/Immawan]

Alternatif makanan pokok selain bulgur hanya nangka landa (sirsak) atau pisang muda, sama-sama tidak mengandung nutrisi yang cukup untuk tubuh masyarakat.

“Dulu tu sampai banyak anak-anak yang kepalanya gede, tapi badannya kecil karena kurang gizi,” ungkap Baba.

Titik balik perbaikan nasib masyarakat Depok dimulai sekitar tahun 1973. Ini ditandai dengan dimulainya proyek pembebasan lahan warga Depok untuk pembangunan Universitas Indonesia (UI).

Kondisi terus membaik dengan adanya pembangunan pemukiman warga oleh Perumahan Nasional (Perumnas) mulai 1974 yang kemudian mulai dihuni pada 1976.

Baca Juga: Bejat! Mau Gagahi Istri Orang, Oknum Petugas Keamanan di Bogor Ditangkap

“Membaiknya karena tanah masyarakat dibayar waktu pembebasan lahan. Terus, makin banyak orang kan makin tinggi aktivitas ekonominya,” kata Baba.

Bukan hanya faktor pembangunan fisik, kondisi masyarakat juga membaik berkat pembangunan non fisik yang dilakukan Presiden Soeharto.

Diantaranya, berkat Presiden Soeharto membina petani sekitar tahun 1970-an.

Masyarakat yang tadinya bercocok tanam tanpa tata cara yang benar, diberi penyuluhan dan diberi pupuk untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksinya.

Sejak pembinaan inilah masyarakat mulai bisa memanen ladangnya 3 sampai 4 kali per tahun.

Baca Juga: Polda Metro Targetkan 70 Persen Warga Depok Telah Divaksin Dosis Pertama Pada Oktober

Baba menyebut, tidak ada monumen atau peristiwa bersejarah tentang G30SPKI di Depok.

Load More