SuaraBogor.id - Gerakan 30 September merupakan sejarah kelam bagi bangsa Indonesia. Peristiwa itu disebut sebagai G30S PKI atau peristiwa berdarah.
Peristiwa G30SPKI itu menewaskan para jenderal dan satu perwira TNI AD. Setelah ditemukannya enam jenderal di lubang buaya, rezim orde baru langsung menunjuk Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai dalangnya.
Puluhan tahun berlalu, rupanya anak cucu keturunan para anggota dan simpatisan PKI turut menerima dampaknya. Selama bertahun-tahun mereka hidup di bawah stigma buruk masyarakat Indonesia.
Berikut cerita Cucu-cucu 'Pahlawan Revolusi' dan 'elite PKI' bicara soal sejarah G30SPKI.
Mengutip dari BBC.com -jaringan Suara.com, sejarah peristiwa 30 September 1965 dipandang berbeda oleh cucu jenderal yang meninggal dalam peristiwa itu, maupun cucu orang yang dituding terlibat sebagai dalang gerakan itu.
Meski begitu, generasi ketiga dari kedua belah pihak sama-sama mengatakan "tak mau mewarisi konflik".
Cucu-cucu Mayor Jenderal TNI Anumerta DI Pandjaitan, Sifra Panggabean, 31, dan Samuel Panggabean, 25, menceritakan pandangan mereka tentang insiden 55 tahun silam yang merenggut nyawa kakek mereka secara "kejam".
Di sisi lain, Fico Fachriza, cucu Murad Aidit—adik DN Aidit pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI)—yang beberapa kali disebut Fico sebagai 'elite PKI', memberikan pandangannya terkait peristiwa yang disebutnya sempat membuatnya "kesal pada negara".
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Komnas HAM pada 23 Juli 2012 lalu menyatakan peristiwa brutal yang diduga menewaskan lebih dari 500.000 di Indonesia merupakan pelanggaran HAM berat.
Baca Juga: Perolehan Medali PON Papua 29 September: DKI Geser Tuan Rumah
'Kenapa opa meninggal secara sadis?"
Sifra dan Samuel mulai mengetahui peristiwa 1965 saat usia mereka masih anak-anak karena keluarga besar yang kerap mengajak mereka ikut upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Lubang Buaya pada tanggal 1 Oktober.
Mereka kemudian tahu bahwa kakek mereka, DI Pandjaitan, tewas ditembak dan kemudian diberi gelar sebagai Pahlawan Revolusi oleh pemerintah.
Sifra dan Samuel—anak Riri Pandjaitan, putri bungsu dari DI Pandjaitan—pun bertanya pada ibu mereka tentang peristiwa itu.
"Pertanyaannya, 'kenapa sihbisa terjadi?' 'Kenapa mestiseorang opayang saya nggak kenal tapi.. meninggal secara sadis begitu?'
"'Kenapa dia mesti meninggal?' 'Kenapa dia mesti ditembak berkorban di tempat itu?' 'Untuk apa?'" papar Samuel, mengenang pertanyaan-pertanyaan yang dia ajukan kepada ibunya.
Tag
Berita Terkait
-
Pramono Marah Usai Blusukan Senyap di TB Simatupang: Parah Bangat, Gak Boleh Lagi Ada Pak Ogah!
-
Maksimalkan Kuota, Persib Bandung Akan Tambah Pemain Asing
-
Jadwal Super League Pekan ke-3: Persija Bidik Hat-trick Kemenangan, Dewa United Jamu Persik
-
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Bakal Gelar Sidang PK Silfester Siang Ini, Namun
-
Pemerintah Siapkan Rp 57,7 Triliun untuk Program 3 Juta Rumah
Terpopuler
- Insiden Bendera Terbalik saat Upacara HUT RI ke-80, Paskibraka Menangis Histeris
- Jay Idzes Masih Cadangan, Eliano Reijnders Sudah Gacor
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 17 Agustus: Ada 10.000 Gems dan Pemain 108-111 Gratis
- Kode Mau Bela Timnas Indonesia, Pemain Keturunan Jawa Rp 347,63 Miliar Diincar AC Milan
- 55 Kode Redeem FF Max Terbaru 17 Agustus: Klaim Skin Itachi, Diamond, dan Item 17-an
Pilihan
-
Besok, Mees Hilgers Hengkang dari FC Twente, Menuju Crystal Palace?
-
Pemain Keturunan Liga Inggris Bahas Timnas Indonesia, Ngaku Punya Sahabat di Skuad Garuda
-
Phwa Sian Liong yang Bikin Soviet Mati Gaya: Hilang di Google, Tak Sempat FYP Tiktok
-
5 Rekomendasi HP Memori 512 GB Harga di Bawah Rp 5 Juta, Pilihan Terbaik Agustus 2025
-
Carut Marut Penyelenggaraan Haji RI Mulai Kuota Hingga Transparansi Dana
Terkini
-
Babak Baru Kasus Fitnah Jusuf Kalla: Divonis 1,5 Tahun, Silfester Matutina Lawan Balik Lewat PK
-
Goodbye JPO Paledang! Akses Dekat Stasiun Bogor Ini Resmi Ditutup dan Segera Rata dengan Tanah
-
Adityawarman Adil Rayakan HUT ke-80 RI dengan Gelorakan Semangat Kemerdekaan
-
Sapu Bersih Bangunan Liar di Citeureup, Satpol PP Bogor Klaim Pendekatan Humanis Berhasil
-
Polisi Lacak Jejak Digital Rahmat Ajiguna yang Hilang di Bogor