Scroll untuk membaca artikel
Andi Ahmad S
Senin, 22 November 2021 | 05:45 WIB
Suasana kepadatan kendaraan saat pemberlakuan sistem satu arah di Jalan Raya Puncak, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (5/10/2019). (Foto: Antara)

SuaraBogor.id - Hampir selama puluhan tahun wilayah kawasan Puncak Kabupaten Cianjur, Jawa Barat hingga saat ini masih menjadi primadona untuk tempat berlibur bagi para wisatawan lokal maupun luar negeri.

Bahkan, saat memasuki akhir pekan kawasan Puncak kerap mengalami kemacetan karena banyaknya wisatawan yang memenuhi sejumlah tempat wisata di wilayah tersebut.

Tidak hanya digemari oleh warga asal Jabodetabek, Bandung dan daerah sekitarnya. Namun wisata puncak menjadi tempat favorit Warga Negara Asing khususnya dari Timur Tengah.

Sebelum pandemi Covid-19 warga asing asal Timur Tengah sangat mudah di jumpai dibeberapa lokasi tempat wisata di wilayah Puncak Cianjur hingga Bogor.

Baca Juga: Rekomendasi Hotel Bintang 5 di Bandung dengan Fasilitas Istimewa

Kemunculan wisatawan asal Timur Tengah tersebut diperkirakan sudah mulai ramai sekitar tahun 2002 silam. Para pelancong asal Timur Tengah kerap menyewa Villa hingga hotel untuk menghabiskan waktunya di Puncak.

Bahkan tidak jarang ada wisatawan asing asal Timur Tengah yang memutuskan untuk menikah bersama warga lokal, hingga akhirnya tinggal di Indonesia.

Muhammd Rofif pengelola Villa di Kawasan Puncak mengatakan, wisatawan asing khususnya dari Timur Tengah tersebut biasa menyewa Villa selama dua hingga tiga hari.

"Mereka biasanya sewa villa paling lama hingga tiga hari, setalah itu mereka langsung pulang. Mereka berasal negara-negara Arab, seperti Uni Emirat Arab (UEA), Arab Saudi, Turki, dan negara di Timur Tengah lainya," kata dia.

Menurutnya, selama berada di Kawasan Puncak para wisatawan asal Timur Tengah itu sering mengunjungi beberapa tempat wisata disekitar puncak dan tempat hiburan lain.

Baca Juga: Santri di Ciawi Bogor Deklarasi Dukung Ganjar Pranowo dan Puan Maharani Maju Pilpres 2024

"Memang sudah lama, puncak menjadi tempat favorit wisatawan asal Timur Tengah, karena cuacanya yang sejuk, dan warga kita yang ramah-ramah, mereka bilangnya seperti itu," katanya.

Banyaknya Warga Negara Asing (WNA) asal Timur Tengah yang tinggal dikawasan Puncak, membuat pemerintah desa setempat kesulitan untuk mengawasi para pelancong dari negara-negara gersang itu.

Nanang Rohendi Kepala Desa Batulawang, Kecamatan Cipanas, mengungkapkan, berdasarkan peraturan yang berlaku tamu dari luar selama 1X24 jam wajib lapor ke pihak RT setempat.

"Secara aturan warga dari luar, apalagi dari Warga Asing harus wajib lapor kepada pemerintah RT setempat selama 1X24 jam," ucapnya.

Namun lanjut dia, masalah yang terjadi di lapangan, koordinasi antara pemerintah RT setempat melalui para broker (Calo Villa) sering tidak dilakukan dengan baik.

"Kita kan tidak tau koordinasi ditingkat RT melalui para broker seperti apa. Namun banyak juga yang meminta beberapa surat keterangan izin tinggal ke desa," kata dia.

Ia menyebutkan, akan tetapi adanya para oknum broker tersebut sering kali menyembunyikan keberadaan wisatawan asing asal Timur Tengah. Sehingga membuat sulit untuk dideteksi keberadaannya.

"Selam ini pemerintah desa, memang cukup kesulitan untuk medeteksi keberadaan para warga asing yang berada di Desa Batulawang," kata dia.

Selain itu, berdasarkan beberapa narasumber yang enggan disebutkan identasnya di Kawasan Puncak Cipanas. Sebelum pademi Covid-19 WNA asal Timur Tengah sering mengganggu ketertiban masyarakat sekitar.

"Kebetulan saya rumah berada didekat Villa yang sering dihuni oleh WNA Timur Tengah, mereka sering menyalakan musik hingga larut malam, bahkan ada juga yang menggunakan motor ugal-ugalan," kata Udin bukan nama sebenarnya.

Belum lama ini, Warga di Cianjur dikagetkan dengan kabar mengenai seorang wanita muda asal Kampung Munjul, Desa Sukamaju, Kecamatan Cianjur meninggal dunia usai disiram air keras seorang WNA asal Timur Tengah.

WNA itu ialah Abdul Latif (29) yang juga merupakan suami dari korban yaitu, Sarah (21). Kedua baru menikah sekitar 1,5 bulan lalu mereka menikah secara sirih dikediaman neneknya di Cianjur.

Korban yang mendapatkan perlakuan keji oleh suaminya itu, sempat dilarikan ke RSUD Cianjur karena mengalami luka bakar yang cukup serius disekujur tubuhnya karena disiram air keras oleh sang suami.

Setelah mengalami Kritis dan mendapatkan perawatan intensif di RSUD Cianjur hampir selama 18 jam. Sarah pun dikabarkan meninggal dunia pada Sabtu (20/11/2021) malam.

Pelaku Abdul Latif yang telah melakukan penganiayaan tersebut pun, langsung melarikan diri ke Bandara Soekarno-Hatta Tanggerang. Namun diduga saat ketika akan kembali ke negara asalnya, Pelaku berhasil diamankan Satreskrim Polres Cianjur.

Kasatreskrim Polres Cianjur AKP Septiawan Adi, menjelaskan, pelaku Abdul Latif (29) yang merupakan suami korban berhasi ditangap disekitaran Bandar Soekarno-Hatta Tanggerang saat akan melarikan diri ke luar negeri.

"Setelah mendapatkan laporan terkait penganiayaan korban, kami menerima informasi pelaku berada di Bandara Soekarno-Hatta, kami pun langsung berkoordinasi dengan Polres Bandara Soekarno-Hatta," katanya.

Pelaku yang berada di Soekarno-Hatta kata dia, diduga akan melarikan diri ke luar negeri, dan tengah memesan tiket pesawat, beruntung sebelum pelaku melarikan diri ia behasil diamankan.

"Pelaku langsung kita bawa ke Mapolres Cianjur, dan langsung dilakukan dimintai keterangan dan pemeriksaan intensif," katanya.

Hingga saat ini, pelaku masih menjalani pemeriksaan dan penyelidikan Satreskrim Polres Cianjur. Sedangkan jasad korban masih dilakukan proses otopsi.

Kontributor : Fauzi Noviandi

Load More