Andi Ahmad S
Kamis, 06 Oktober 2022 | 04:20 WIB
Ilustrasi Kekerasan Seksual (Unplash)

Mendengar kepiluan yang dialami anaknya itu, orangtua SM langsung meminta bantuan hukum ke Kantor Hukum Sembilan Bintan, guna meminta pendampingan dalam melakukan langkah hukum.

"Pada tanggal 22 September 2022, kedua orang tua SM dengan didampingi oleh kuasa hukumnya dari Kantor Hukum Sembilan Bintang, manyambangi Kantor Kepolisian Resor Kota Bogor untuk melaporkan kejadian bejat itu," jelasnya.

"Alhamdulillah dengan sikap quick respon, pihak polresta bogor menerima laporan kami dengan bukti Laporan Polisi No. LP / 1072 / IX / 2022 / SPKT / Polresta Bogor tanggal 22 September 2022, dengan ancaman pidana diatas 10 tahun penjara," lanjutnya.

Tak lama kemudian, kuasa hukum langsung melayangkan surat peringatan (somasi) ke pihak sekolah untuk meminta pertanggungjawaban secara keperdataan.

Baca Juga: Peluang Lolos Terbuka Lebar, Timnas Indonesia Geser Posisi Uni Emirat Arab di Grup B Kualifikasi Piala Asia U-17

"Karena dengan lalai serta pembiarannya perilaku biadab yang diduga dilakukan oleh pengajar HS kepada klien kami dilakukan dengan bebas, barang tentu hal itu telah menyebabkan banyak kerugian yang diderita oleh SM," jelasnya.

Menurut Anggi, ketugian yang dialami SM sebetulnya tidak bisa sebanding dengan beban yang dipikulnya. Namun, kata dia, hukum memiliki akses untuk menghukum perbuatan seseorang selain hukuman badan (pidana).

Tim kuasa hukum, menuntut pihak sekolah serta yayasan untuk mengganti kerugian baik moril, materil sampai immateril sebesar Rp. 1.000.0000.000.001,- (satu triliun satu rupiah).

"Bila somasi kami tidak diindahkan, kami akan gugat sekolah serta yayasan tersebut ke Pengadilan Negeri Bogor. Ini pelajaran bagi seluruh sekolah, untuk senantiasa amanah untuk melindungi setiap anak didiknya," paparnya.

Kontributor : Egi Abdul Mugni

Baca Juga: Arkhan Tak Berhenti Mencetak Gol, Brace Kontra UEA Bawa Timnas U-17 Raih Kemenangan 3-2

Load More